Disleksia dan Ikan K*nt*l
Sudah ada yang pernah nonton video seorang siswa SD yang disuruh
menyebut nama ikan oleh Pak Jokowi? Yha. Video itu sedang viral. Poor him.
Namanya juga netizen, seketika banyak meme-meme (dibaca mém ya,
bukan mémé!) bermunculan terkait anak tersebut. Meski tidak bernada
mengejek, atau melecehkan ada saja sisi lain dari suatu peristiwa. Setidaknya
kita punya dua atau lebih versi cerita. Jadi begini....
Saya sedang melihat linimasa di Twitter, lalu perhatian saya menuju ke
salah satu RT dari teman saya waktu itu. Memang dasarnya saya kepo banget ya,
saya lihat siapa yang meretweet sekaligus yang membalas cuitan tersebut.
Dan tibalah pada plot bahwa anak yang ada di video tersebut (katanya sih,
berdasarkan info) ternyata pengidap disleksia. Sepemahaman saya, disleksia sih
penyakit yang menyebabkan pengidapnya lambat dalam kemampuan verbal, termasuk
dalam hal membaca. Ini videonya~
Nama ikan....
Anak di video tersebut sangat kocak sekaligus polos ya. Dengan tiada
berdosa dia menjawab dengan lantang pertanyaan presiden “Ikan apa?”
‘IKAN K*NT*L” *beri applause*
Terus saya menemukan balasan seperti ini:
Balasan dari akun @halonovaa
Ya, kalau info tadi benar jelas sudah kenapa anak SD di video yang viral
itu terbalik-balik mengucap ikan tongkol. Ternyata disleksia toh. Pantas saja.
Saya baru menamatkan buku Supernova #Partikel, kan. Saya jadi ingat
salah satu tokoh di buku itu. Namanya Kosoluchukwu Onyemelukwe (adakah hubungan
dia dengan Uvuvuwe Osas? Entah.). Dia siswi pindahan yang bersekolah di SMA
yang sama dengan Zarah, tokoh sentral dalam buku ini.
Koso,
panggilannya merupakan anak dari pengusaha asal Nigeria yang sedang berada di
Indonesia. Dikatakan Si Koso ini tidak bisa berbahasa Indonesia SAMA SEKALI,
tapi masih bisa berbahasa Inggris, meski sialnya juga tidak lancar. Orang tua
Koso rela membayar mahal agar putrinya ini bisa masuk SMA ini. Diketahui di
akhir perpisahannya dengan Zahra bahwa dia mengidap disleksia. Pantas saja dulu
orangtuanya mau membayar mahal untuk hanya bersekolah.
Alkisah Koso tidak naik kelas gara-gara nilainya jeblok. Jelas sudah.
Bagaimana bisa dia memahami kata, kalimat di soal ujian ketika dia kesulitan
membaca?
Dengan gigihnya Zahra mencoba mengajar Koso, dengan metoda yang dia
kembangkan sendiri untuk mengajar seorang disleksia. Saya kagum juga (meski
tahu ini cerita fiksi), dengan Zahra. Di umurnya yang belia dia bisa mengajar
seorang disleksia. Sampai mengantarkan dia lulus pula!
Kalau memang anak di video itu disleksia, saya cuma bisa berdoa agar
nasibnya kelak seperti Koso. Dan selamat sudah dapat sepeda ya, dek!
Di akhir cerita, Koso menjadi seorang penari balet terkenal di Inggris.
Meski dia juga bercinta dengan kekasih Zahra juga, sih.
* * * *
Kalau saya sih, cuma kadang-kadang ya terbolak-balik. Itu pun kalau
sudah lelah sekali. Kata-kata yang meluncur kadang tidak terkont*ol. Eh
maksudnya tidak terkontrol. Misalnya mengetik “nuri kelapa” menjadi “nuri
kepala”. Nah loh, fatal kan? Itu saat saya dalam masa training di kantor
pusat (HQ) dulu di Malang.
Alih-alih prihatin atas meme-meme atau caption
orang di media sosial, saya anggap video ini lawakan awal tahun yang amat
menghibur. Come on, dunia ini adalah lawakan. Jadi, buat apa serius?
0 comments