Perjalanan Memandang Langit: Kumpulan Awan 2022

by - 1/04/2023

Hari terakhir di 2022. Di tengah ingar-bingar wrapped dari penyedia jasa aliran musik, maka tak ada salahnya membuat kaleidoskop tahun ini.

Selain itu, setelah menuliskan wrapped ala-ala di LinkedIn yang menghasilkan item baru di ResearchGate, rasanya tepatlah sudah membuat "bingkisan" lain.

Awan: Perjalanan Memandang Langit

Buku ini saya kategorikan sebagai buku sains populer, dengan format buku foto. Menurut prolognya, buku ini adalah "Atlas Awan" pertama di Indonesia. Tak salah, karena isinya juga masih sains menurut saya. 

Meski terdengar saintifik, atlas di sini lebih kepada dokumentasi awan yang dipotret oleh kontributor dan penulisnya. Memang ada deskripsi awannya, tetapi bahasa yang digunakan masih populer. Dengan kata lain, masih bisa dikonsumsi oleh masyarakat awam.

Saya sendiri sebagai lulusan Fakultas Pertanian yang juga sedikit belajar awan, langsung merasa relate. Tak cuma itu, kenangan semasa di bangku kuliah juga langsung terputar di benak.

Bukunya bisa dibaca secara gratis melalui Google Drive ini.

Dokumentasi Awan di 2022 oleh Saya

Penafian: beberapa foto awan telah saya unggah di Wikimedia Commons dengan lisensi CC-BY-SA 4.0.

Tahun 2022 boleh jadi tahun dengan perjalanan terbanyak yang membawa saya ke tempat yang belum saya kunjungi sebelumnya. Baik kota, pulau, bahkan negara. 

Di kesempatan itu, saya bongkar arsip di Google Photos saya dan menemukan beberapa tangkapan foto awan di berbagai tempat. Berikut foto-fotonya:

  • Cirrocumulus stratiformis

Foto ini saya ambil saat saya berkunjung ke dapur umum gempa di Cianjur saat pagi hari. Terlihat kumpulan awan cirrocumulus stratiformis waktu itu, menjadi latar gedung yang sedang dibangun.

  • Altocumulus stratiformis


Siapa yang tak suka duduk di sisi jendela pesawat saat terbang? Saya suka menjepret dari sisi dalam jendela pesawat karena membuat saya seolah-olah Alice through looking window. Di perjalan dari Pontianak ke Ketapang ini saya berkesampatan melihat pelangi dan juga spesies awan altocumulus stratiformis.

  • Altostratus

Sebenarnya foto ini akan saya masukkan ke dalam photo essays bertema warisan kolonial, tetapi tidak jadi karena menurut saya terlalu berat topiknya, hehe. Foto ini diambil ketika mobil yang disewa tersendat saat melewati jalan yang licin dan berbatu di Kebun Teh Nirmala. Jujurly, saya agak bingung mengkategorikan spesies awan ini. Apakah benar altostratus? Yang tau, komen aja....

  • Cumulus humilis 

Masih tentang jepretan kameran dari jendela pesawat, saya ditemani spesies awan cumulus humilis. Senja itu saya terbang dari Kualanamu menuju Cengkareng, sembari melihat deretan pulau-pulau kecil di Samudera Hindia. Entah mereka berpenghuni atau tidak, yang jelas terbang saat senja adalah kenikmatan tersendiri.

  • Cumulus congestus dan cirrus fibratus

Di foto ini memang tak terlalu banyak proporsi awannya, tapi kita bisa melihat spesies cumulus congestus dan cirrus fibratus sebagai latar belakang. Proporsi utamanya adalah Sekolah Alam Leuser di Desa Bukit Mas. Hal yang mengimpresi saya adalah biaya pendaftarannya yang tidak menggunakan uang, tetapi beberapa batang bibit pohon!

  • Cumulus mediocris dan cirrus fibratus

Setelah saya perhatikan, ternyata ada dua spesies waktu mau mendarat di Padang. Sebetulnya saya hanya fokus pada cumulus mediocris (berbentuk kapas) saja yang melayang lebih rendah dari cirrus fibratus.  Cuaca cerah memang identik dengan suasana pantai, dan ini sangat pas dengan gambaran itu --meski dipotret saat critical eleven.

  • Cirrus spissatus

Saya harus menyadari bahwa pergi ke pantai itu menyenangkan. Kita berinteraksi dengan udara, pasir, air, cahaya matahari. Semua indera berperan. Spesies awan satu ini memang pas dengan tema pantai: serabut-serabutnya saling melilit dan bersentuhan. Saya kira pantai di Kalimantan akan berpasir hitam semua, ternyata saya salah. Di Pantai Tanah Merah Tanjung Harapan ini malah seperti pantai-pantai di Jawa.

  • Cirrus fibratus, tapi sendiri

Tanpa terbang pun, duduk termenung di bibir pantai juga syahdu. Cocok juga untuk melakukan donothingfor2minutes.com atau bahkan lebih. Saya lupa lokasinya tetapi masih di sekitaran Kota Padang.

Prolog

Selama mata kuliah Klimatologi di bangku kuliah, memang tidak begitu diperdalam wawasan tentang awan. Makanya dengan buku Atlas Awan tadi, saya jadi semangat mengobrak-abrik jepretan awan selama 2022. Jadi pensaran, 2023 ketemu awan apalagi ya?

You May Also Like

0 comments