Merenungkan Eros dan Growing Into Love

by - 3/25/2024

Aku bukan orang yang sering mengalami hubungan romantis. Seringnya layu sebelum berkembang: PDKT iya, jadian engga. Boro-boro mencintai seperti di film-film, mencintai seperti di masa SMA saja terlewat *puk puk*.

Ketika ditanya "sudah pacaran berapa kali?" aku bingung jawabnya karena merasa tidak pernah pacaran. Ketika direspons balik "Kalau sebulan termasuk pacaran kah, Bang Jago?", dijawab "Itu pacaran apa promo Agustusan?" 💀💢


Sebuah pemicu

Beberapa hari terakhir ada X-an yang lewat di Berandaku (Gambar 1). Bahkan sampai tulisan ini ditulis aku masih mencerna konsep “growing into love” ini. Tentunya aku melihat ke dalam dan pengalamanku sendiri yang tidak seberapa ini. Sebagai Sarjana Pertanian, aku engga jauh dengan kegiatan growing: menanam, menumbuhkan, mengembangkan….tanaman. Aku sudah belajar itu semua dari tingkat sel sampai organisme dan rerata mendapat nilai A. Cincay lah.

tangkapan layar berbahasa Inggris bertuliskan: the concept of growing into love is so much more intruguing by falling in love. it's like, on all our good days and bad days, I will choose to love you, I will learn with you, I will live my life with you and we will grow into and with each other through the passage of time
Gambar 1. Ini nih pemicu renungannya. Kenapa baru lewat sekarang bjir??!! Dicomot dari @Tarmeim

Tapi tidak dengan cinta — kalau yang dibicarakan sebentuk cinta terhadap hubungan romantis: Eros*. Si keparat satu ini yang paling susah aku alami dari empat, enam, atau delapan bentuk cinta. Aku mungkin perasa, tapi merasa eros? Susah. Aku mungkin punya storge, philia, dan agape, tapi eros? Bagai pungguk merindukan bulan. (hilangkan dulu pertanyaan retoris “memang semua manusia perlu punya pasangan?”!1!!!1!!11111)

*) Selanjutnya akan digunakan istilah ini

Menerka growing into love

Dari Gambar 1, aku jadi merenung, betul juga. Sampai-sampai aku merasa, apa aku kemarin hanya “jatuh”? Atau bahkan terjun bebas?

Aku ngga langsung percaya, sih. Jadinya aku googling, ternyata konsep itu bukan barang baru. Banyak yang sudah mengulasnya, ternyata. Aku makin merenung, kenapa baru sekarang aku menerimanya? Ah, mungkin semesta berkonspirasi agar aku menjadi badut dulu 🤡🤡

Gambar 2. Aku setiap hari selalu BDSM loch~

Growing into love aku artikan secara harfiah sebagai menumbuhkan eros. Mungkin ada konsep serupa dengan redaksional berbeda, it’s okay. Nah, karena ini pekerjaan membuat tumbuh, maka memang akan ada proses di situ. Karena berproses, tentunya butuh waktu. Tak jarang waktunya panjang. Ibarat menanam jagung, tidak sebulan dia bisa dipanen. Jagung bukan tanaman hortikultura!

Ingat, menumbuhkan juga terdiri dari banyak anak proses sebelum bisa dipanen: merawat, menjaga, akhirnya bisa dipanen. Rawat itu tanaman, cukupi unsur haranya. Siangi agar tidak ada persaingan nutrisi. Jaga itu tanaman, dari serangan hama dan penyakit merugikan (oops, anthropocentrism!).

Secara dangkal, aku mengartikan growing into love seperti itu. Tapi, mari eksplorasi lebih jauh.

Tentang menumbuhkan

Melihat lama dan prosesnya, makin logis jika kita dengar cerita orang tua atau nenek-kakek kalau ditanya gimana mereka bisa sampai seperti sekarang. Ada yang penuh drama, ada yang pisah atau cerai, ada yang dulunya ngga terlalu setuju, ada yang kawin lari (capek dong?), atau sampai detik ini sebenarnya belum ikhlas.

Asyik memang kalau menyimak pengalaman pendahulu kita. Dan aku pikir bakal jadi cerita tersendiri kalau melalui proses growing into love ketimbang langsung klop dari awal. Ya nggak?

Menumbuhkan bunga berarti menarik serangga

Anggaplah kita menumbuhkan tanaman berbunga, hal ini akan menarik serangga, salah satunya kupu-kupu. Kupu-kupu ini tertarik pada bebungaan karena perannya sebagai penyerbuk. Kupu-kupu itu baik karena membantu bunga untuk berkembang biak sehingga banyak bunga-bunga cantik lainnya.

Aku menganalogikan ketika kita menumbuhkan eros, ada hal lain yang juga m

Growing is not always that easy, at least for me

Menumbuhkan bisa jadi bukan pekerjaan mudah. Di situ kita perlu mawas diri agar tanaman kita bisa berbunga dan panen. Di situ kita juga merawat dan menjaga seperti yang sudah aku paparkan di atas. Begitu juga menumbuhkan eros kali ya? Susah-susah merawat eh bunganya dicolong orang. Susah-susah merawat eh gagal panen. Susah merawat eh tanamannya terkena penyakit hati. Dan orang yang sudah bersusah-susah itu akulah orangnya. Susah-susah eh ada saja halangannya buat menumbuhkan kembangnya. Akhirnya terjadi lagi layu sebelum berkembang. Gagal maning, son.

Gambar 3. Aku adalah mba Angel

Don’t forget that butterfly once was a caterpillar that probably ate your plant

Ngomong-ngomong si kupu-kupu, jangan lupa kalau sebelum menjadi hewan yang cantik mereka adalah musuh. Saat menjadi ulat, mereka tak jarang memakan dedaunan tanaman kita! Segala cara kita lakukan agar tidak ada ulatnya, bukan?

Melihat ulat, aku jadi mengibaratkan ulat ini sebagai bentuk pengorbanan juga. Ya kali kita mau lihat kupu-kupu tanpa ada ulat? Artinya kita relakan saja daun-daun tanaman kita dimakan ulat, toh nantinya kita bisa melihat ulat itu jadi sesuatu yang indah. Ini mungkin terjadi juga dengan hubungan romantis ya. Ada pengorbaan dan perelaan untuk mencapai sesuatu yang indah. Cie. Tapi serius aku sampai memikirkan hal itu!

Be ready for sacrification, there are always flaws

Artinya apa saudara-saudari setanah air? Ya kita kudu siap juga dengan pengorbanan. Tak jarang aku mendengar cerita tentang eros itu juga butuh pengorbanan. Entah sepihak atau kedua belah pihak. Jadi memang, menumbuhkan eros itu bukan barang yang mudah, meski bukan perihal mustahil.

Epilog

Poinku adalah menumbuhkan eros bukan sebarang yang instan dan mudah. Banyak dinamika dalam hal menumbuhkan.

Dalam hal eros, aku belum punya teman bercerita yang benar-benar memahami. Aku juga tidak merasa puas dengan jawaban-jawaban mereka tentang eros. Jadi, mari kita coba tumbuhkan, kembangkan, dan panen! (semoga).

Ngga jadi pilihan kedua sih cuman ini lagu enak banget buat ovt 🙈🙈

You May Also Like

0 comments