Mengikuti #FestivalPusakaTernate (Bagian 1)
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba! Acara ini merupakan rangkaian acara yang dimulai pada tanggal 3, 4, dan 5 Februari 2017. Penyelenggara acara ini yaitu Ternate Heritage Society atau yang dikenal juga dengan sebutan THS, sebuah organisasi nirlaba dari Kota Ternate. Sudah jelas kan dari namanya organisasi ini bergerak di bidang apa? Organisasi ini bergerak pada bidang pelestarian dan pendidikan pusaka yang ada di Ternate.
Saya mengetahui acara ini dari akun instagram THS, seminggu sebelum acara dimulai. Saya sangat antusias karena ada jelajah benteng. Kita sudah tahu kan kalau Ternate dan wilayah-wilayah sekitarnya merupakan saksi bisu sejarah dari perdagangan rempah-rempah? Nah, di situ saya ingin menggali lebih dalam tentang benteng atau pun sejarah yang ada dibaliknya.
Flyer #FestivalPusakaTernate via akun instagram @ternateheritage
Sebenarnya rangkaian acara dimulai pada Jumat (3/2/17) malam, namun sialnya saya harus kembali ke kantor untuk mengirimkan laporan bulanan yang belum terkirim.
Akhirnya saya mengikuti acara di hari kedua (4/2/17). Acara dimulai pada pukul 08.00 WIT, bertempat di Benteng Oranje. Ya, sudah jamak diketahui bahwa Indonesia merupakan negara penghasil karet, sehingga berimplikasi pada elastisnya waktu. Akhirnya acara dimulai pukul 9-an. Dari 30 orang yang mendaftar, hanya 14 orang yang hadir. Termasuk panitia yang akhirnya menyertakan diri. Infonya, apabila 30 orang ini hadir lengkap, nantinya akan dibuat dua kelompok sehingga dilakukan jelajah benteng, yang terdiri dari pos-pos.
Acara dimulai dengan perkenalan -yang melelahkan untuk ukuran perkenalan- dan pengakraban diri. Panitia mengakrabkan kami dengan games yang membuat sedikit bersimbah peluh pagi itu. Intinya, kami (sedikit) tahu satu dengan yang lain. Setelah itu, prolog Bentang Oranye ini disampaikan oleh Mas Helmi.
Dibagikan pula kartu-kartu berisi deskripsi bagian-bagian pos yang akan kami jelajahi. Setelah berkenalan maka kita beranjak menuju pos-pos lain sembari bercengkerama satu sama lain. Mengakrabkan diri.
Pos selanjutnya yaitu Bastion Zee Boelwreck. Bastion sendiri merupakan bagian benteng yang terletak sudut benteng yang berfungsi sebagai pemantausetidaknya menurut saya. Nah bastion ini biasanya dijaga dan terdapat pos penjagaan (coba bayangkan di film-film!). Bastion Zee Boelwreck sendiri berarti "pertahanan laut", dan letaknya di timur laut. Karena dahulunya persis di depan benteng merupakan laut.
Kalau memang nama "Gilolo" berasal dari kata "Jailolo", maka pelafalan yang pas untuk bastion ini berasal dari bahasa Inggris. Padahal menurut sejarahnya, benteng ini dibangun pondasinya oleh Portugis lalu karena suatu sebab dihentikan lalu dilanjutkan oleh pemerintahan Belanda. Tidak ada pemerintahan Inggris kan, berarti. Selain itu setau saya, huruf "G" di bahasa Belanda dibaca seperti "kh", atau huruf "kho'" kalau di bahasa Arab. Seperti tertulis di sini.
Ya, memang susah kalau merunut sejarah tanpa adanya bukti tertulis.
Selain itu, di Bastion Gilolo ini terdapat ruangan-ruangan di bawahnya. Yang kita tidak ketahui pula secara pasti apa fungsinya.
Oh ya, di Bastion Gilolo juga ditumbuhi tumbuhan liar yang tumbuh dengan subur. Akhirnya bertemu tumbuhan! Saya belum tau itu spesies apa, nanti saya tanya teman saya.
Akhirnya saya mengikuti acara di hari kedua (4/2/17). Acara dimulai pada pukul 08.00 WIT, bertempat di Benteng Oranje. Ya, sudah jamak diketahui bahwa Indonesia merupakan negara penghasil karet, sehingga berimplikasi pada elastisnya waktu. Akhirnya acara dimulai pukul 9-an. Dari 30 orang yang mendaftar, hanya 14 orang yang hadir. Termasuk panitia yang akhirnya menyertakan diri. Infonya, apabila 30 orang ini hadir lengkap, nantinya akan dibuat dua kelompok sehingga dilakukan jelajah benteng, yang terdiri dari pos-pos.
Acara dimulai dengan perkenalan -yang melelahkan untuk ukuran perkenalan- dan pengakraban diri. Panitia mengakrabkan kami dengan games yang membuat sedikit bersimbah peluh pagi itu. Intinya, kami (sedikit) tahu satu dengan yang lain. Setelah itu, prolog Bentang Oranye ini disampaikan oleh Mas Helmi.
Dibagikan pula kartu-kartu berisi deskripsi bagian-bagian pos yang akan kami jelajahi. Setelah berkenalan maka kita beranjak menuju pos-pos lain sembari bercengkerama satu sama lain. Mengakrabkan diri.
Kartu kedua yang dibagikan, side A
Kartu kedua yang dibagikan, side B
Pos selanjutnya yaitu Bastion Zee Boelwreck. Bastion sendiri merupakan bagian benteng yang terletak sudut benteng yang berfungsi sebagai pemantau
Salah satu merian di Bastion Zee Boelwreck
Meriam lagi....
Lagi-lagi meriam....
Perjalanan menuju Bastion Gilolo
Lembar ketiga yang dibagikan, side A
Lembar ketiga, side B
Berikutnya yaitu Bastion Gilolo. Bastion ini terletak di sudut barat laut. Bastion ini yang dari penamaannya mengundang tanda tanya (setidaknya menurut saya). Asumsi dari penjelasan Mas Helmi sih, kemungkinan saja nama bastion ini dari daerah Jailolo, di Halmahera Barat sana. Tapi saya agak sangsi dengan pelafalan bastion yang satu ini. Kenapa? Karena kalau dilafalkan dengan bahasa Inggris, maka akan berbunyi "Ghailolo". Karena huruf G dalam bahasa Belanda dibaca seperti kho' dalam bahasa Arab. Sedangkan dalam pelafalam bahasa Inggris, barulah tepat dibaca seperti "Jailolo".
Kalau memang nama "Gilolo" berasal dari kata "Jailolo", maka pelafalan yang pas untuk bastion ini berasal dari bahasa Inggris. Padahal menurut sejarahnya, benteng ini dibangun pondasinya oleh Portugis lalu karena suatu sebab dihentikan lalu dilanjutkan oleh pemerintahan Belanda. Tidak ada pemerintahan Inggris kan, berarti. Selain itu setau saya, huruf "G" di bahasa Belanda dibaca seperti "kh", atau huruf "kho'" kalau di bahasa Arab. Seperti tertulis di sini.
Tumbuhan liar yang ada di atas Bastion Gilolo. Cantik, sih(?)
Ya, memang susah kalau merunut sejarah tanpa adanya bukti tertulis.
Selain itu, di Bastion Gilolo ini terdapat ruangan-ruangan di bawahnya. Yang kita tidak ketahui pula secara pasti apa fungsinya.
Oh ya, di Bastion Gilolo juga ditumbuhi tumbuhan liar yang tumbuh dengan subur. Akhirnya bertemu tumbuhan! Saya belum tau itu spesies apa, nanti saya tanya teman saya.
Pohon yang saya tidak tahu spesiesnya apa
****
Kayaknya terlalu panjang ya tulisannya? Wkwk. Biarlah saya lanjut ke tulisan selanjutnya. Tak elok dipandang kalau terlalu panjang. Saya sudahi dulu ya tulisan kali ini. Siap-siap membaca tulisan saya berikutnya! Danke wel!
0 comments