We’re
going to leave the first month of 2016. For me, this beginning was a erratic phase
of time. Why? Because I’m no longer extended-year student. No more final
thesis, no more student board activity, and no more dramas. LOL.
Sudah di penghujung tahun, mari kita ulas apa yang
terjadi setahun ini! J Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, menurutku
tahun 2015 ini terasa agak lebih lama. Apa karena tahun ini ada makhluk manis
bernama ‘skripsweet’ sehingga terasa lebih lama? Entahlah.
Menurutku,
setiap tahun punya pesan yang disampaikan. Pesan yang menjadikan kita pribadi
yang lebih. Ibarat ceritera, selalu ada nilai-nilai yang dapat kita petik dari
tahun-tahun yang kita lalui.
Untuk tahun
ini, kunobatkan tahun ini menjadi “Tahun Penundaan”. Kenapa? Karena memang,
dari banyak bulan, entah kenapa selalu bernada sama. Penundaan. Apa-apa
ditunda, apa-apa diundur. Jadinya, haruslah aku bersabar.
Kemarin, aku sempat dihebohkan oleh pernyataan Mamah Dedeh. Bagaimana tidak heboh? Mamah Dedeh mangatakan bahwa Mulan Jameela merupakan perempuan yang tak tahu diri! Sebenarnya, apa yang terjadi? Mengapa ustadzah setenar Mamah Dedeh bisa mengatakan hal seperti itu di acara yang dibawanya?
Hal yang menyenangkan menjadi
mahasiswa tingkat akhir selain tidak adanya tanggungan SKS ialah menjadi
moderator. Ya, moderator –seperti yang kita ketahui—tugasnya ialah untuk
memimpin jalannya suatu sidang, rapat, atau diskusi. Di antara mahasiswa
tingkat akhir, kata yang pas untuk moderator yaitu memimpin jalannya seminar,
baik seminar proposal (sempro) maupun seminar hasil (semhas).
Menjadi moderator di jurusanku tidak
begitu rumit. Tidak perlu mendaftar ke pihak jurusan. Tidak ada hitam di atas
putih. Hanya berdasarkan kesepakatan antara mahasiswa/i penyaji seminar dan si
moderator tadi. Jadilah kamu moderator.