The Moderator
Hal yang menyenangkan menjadi
mahasiswa tingkat akhir selain tidak adanya tanggungan SKS ialah menjadi
moderator. Ya, moderator –seperti yang kita ketahui—tugasnya ialah untuk
memimpin jalannya suatu sidang, rapat, atau diskusi. Di antara mahasiswa
tingkat akhir, kata yang pas untuk moderator yaitu memimpin jalannya seminar,
baik seminar proposal (sempro) maupun seminar hasil (semhas).
Menjadi moderator di jurusanku tidak
begitu rumit. Tidak perlu mendaftar ke pihak jurusan. Tidak ada hitam di atas
putih. Hanya berdasarkan kesepakatan antara mahasiswa/i penyaji seminar dan si
moderator tadi. Jadilah kamu moderator.
Di
jurusanku, seminar mahasiswa disajikan menggunakan bahasa Inggris. Menurut Buku
Panduan Nonakademik, presentasi menggunakan bahasa Inggris bukanlah suatu
keharusan, namun memiliki nilai tambah daripada menggunakan bahasa Indonesia. Begitupun
moderator yang memimpin, haruslah menggunakan bahasa Inggris. Anehnya, saat
sesi tanya jawab, hadirin tidak wajib menggunakan bahasa Inggris, bahasa
Indonesia pun dipakai.
Sejak
semester 7, aku berkeinginan menjadi moderator. Entah apa alasan yang
mendasariku ingin menjadi moderator kala itu.
Saat
ada penilaian terakhir kelas bahasa Inggris pada semester 2 lalu, aku juga
menjadi moderator. Saat itu tugasnya berkelompok dan melalkukan simulasi untuk
seminar internasional, semua perkataan moderator haruslah diucapkan luar
kepala. Dan dosen dan asisten dosen akan menilai kelompok kita. Selain
moderator, tidak hanya moderator yang dinilai, namun juga penyaji serta
notulen.
Akhirnya keinginanku terlaksana
juga. Saat semester 7 di bulan Desember 2014, aku menjadi moderator temanku.
Karena kami lumayan dekat, dan bersama sejak semester 3, maka kuiyakan saja.
Saat itu aku masih canggung. Meski sebelumnya sudah pernah mengikuti beberapa
seminar proposal kakak tingkat.
Aku pun menerima banyak tawaran
untuk menjadi moderator beberapa teman. Baik teman satu himpunan, teman dari
semester 3, hingga yang baru kenal, bahkan moderator pengganti dadakan. Semua itu
memberikan kesan yang berbeda.
Selain menjadi moderator seminar itu
mengasyikkan (setidaknya bagiku), juga membuatku ketagihan. Kenapa?
Aku sudah mengalami banyak seminar.
Dari yang suasananya menyenangkan, penuh motivasi, dan santai hingga seminar
yang menegangkan, hancur, semrawut pernah kulalui.
Beberapa dosen yang terkenal killer
memang menjadikan seminar menegangkan. Bagaimana tidak? Ada dosen yang suka melempar
pertanyaan pada hadirin, saat penyaji tidak dapat menjawab. Dan ketika tidak
bisa menjawab, dilempar pula ke hadirin yang lain. Bisa pula moderator terkena
getahnya.
Selain dosen seperti di atas, ada
dosen yang suka bercanda. Bercanda di sini memang pembawaan belian yang santai
dengan pertanyaan renyah dan mudah. Ada pula dosen yang penuh canda tawa namun
pertanyaannya berbobot hingga si penyaji kesulitan menjawab. Tapi beruntunglah
karena tipe dosen seperti ini biasanya tidak melempar pertanyaan kepada
siapapun.
Di titik inilah kadang dosen
pembimbing maupun pembahas dapat memengaruhi jumlah hadirin yang datang.
Semakin killer dosen, maka bisa dipastikan hadirin yang datang semakin
sedikit.
Menjadi moderator haruslah tegas. Saat
hadirin nampak berdiskusi sendiri dengan suara mirip lebah, kita harus bisa
meredakan suasana. Namun beda ketika aku berhadapan dengan dosen yang tergolong
killer. Aku bisa saja salah menyebutkan “Miss atau Mrs”, sehingga
membuat dosen tersebut agak tersinggung.
Selain itu, saat seminar merupakan
saat dimana kita bisa mengerti tabiat dosen. Menurutku, dosen bisa berbeda
ketika saat di kelas maupun saat seminar seperti ini. Ada dosen yang santai
saat di kelas, namun killer saat menjadi dosen pembahas, dan sebaliknya.
Dosen pun terkadang bertindak aneh.
Tiba-tiba tidak datang saat jam yang sudah ditentukan, sehingga mahasiswa penyaji
mengundur seminarnya. Masih untung kalau ditunda beberapa jam. Sungguh kasihan
saat melihat teman yang harus menunda beberapa hari, menunggu sang dosen tidak
ada agenda selain seminar mahasiswanya.
Dan,
begitulah suka duka menjadi moderator, di situlah seninya menjadi moderator.
Semoga nanti-nanti aku masih bisa menjadi moderator J
0 comments