Ulasan Tahun 2015

by - 12/30/2015

Sudah di penghujung tahun, mari kita ulas apa yang terjadi setahun ini! J Beda dengan tahun-tahun sebelumnya, menurutku tahun 2015 ini terasa agak lebih lama. Apa karena tahun ini ada makhluk manis bernama ‘skripsweet’ sehingga terasa lebih lama? Entahlah.

   Menurutku, setiap tahun punya pesan yang disampaikan. Pesan yang menjadikan kita pribadi yang lebih. Ibarat ceritera, selalu ada nilai-nilai yang dapat kita petik dari tahun-tahun yang kita lalui.

   Untuk tahun ini, kunobatkan tahun ini menjadi “Tahun Penundaan”. Kenapa? Karena memang, dari banyak bulan, entah kenapa selalu bernada sama. Penundaan. Apa-apa ditunda, apa-apa diundur. Jadinya, haruslah aku bersabar.



Januari merupakan bulan dimana aku mengajukan proposal skripsi. Sebenarnya, aku sudah menyelesaikan proposal skripsi ini, tapi karena dosen yang tidak ada kabarnya menghilang. Ternyata, harus aku menunggu karena beliau dirawat di rumah sakit. Ya sudah, seminar proposal haruslah ditunda. Maaf, itu pin pertama *ala Mamah Dedeh*

Februari. Akhirnya setelah revisi sana-sini, barulah bisa aku melakukan penelitian. Target akhir Januari beralih menjadi minggu kedua Februari untuk pelaksanaan skripsi. Ya sudah, mungkin yang terbaik(?)

Februari, Maret, pertengahan April penelitianku selesai. April kuhabiskan di perpustakaan pusat, demi skripsi yang cepat selesai. Mei, awal sesuai target akhirnya bab 4-ku selesai. Namun supervisi yang kurtargetkan di pertengahan April ternyata harus diundur. Kenapa? Karena dosenku itu tidak mau kalau Cuma aku saja yang disupervisi, jadi harus semua mahasiswa bimbingannya, jadi harus disupervisi bersama. Aku pun mengalah, diundur sudah supervisi ini.

Juni minggu ketiga, skripsiku selesai. Namun, belum mendapat ijin untuk seminar hasil dari dosen yang sakit tersebut. Berhubung beliau dosen pembimbing pertama, jadinya menunggu beliau sehat. Dan oh Tuhan! Tahukah kalian? Ketika sudah menjadwalkan hari untuk seminar hasil, ternyata saat aku meminta tanda tangan, beliau bilang kalau skripsiku tidak jelas. Selain itu, beliau tidak mau tanda tangan lembar persetujuanku! Akhirnya, dengan amat sangat, aku harus revisi ke dosen itu. Harus diundur lagi J

Juli-Agustus-September aku habiskan ke dosen pembimbing pertama itu. Meski debat kusir, namun beliau bersikukuh untuk terus merevisi. Kesabaranku diuji sekali kalau aku ingat momen itu. Sungguh!
  
Mungkin beliau sudah bosan denganku yang hadir setidaknya seminggu dua kali. Akhirnya dengan sangat terpaksa aku dibolehkan untuk melakukan smeinar akhir. Akhirnya! Intinya, beliau sudah lepas tangan. Maksudnya, beliau sudah mau merevisi lagi. Silakan revisi ke dosen yang lain, dan beliau tidak akan hadir saat seminarku nanti. Inilah waktunya pertunjukan!

September akhir, aku sudah melakukan seminar hasil. Apa yang ditunggu kemudian? Yaitu ujian skripsi alias komprehensif!

   Sudah bulan Oktober, menuju kompre, sungguh cobaan. Kenapa tidak? Dosen penguji nanti pergi ke Jepang! Aku dapatkan kabar bahwa beliau ke Jepang selama seminggu. Duh! Masa iya harus diundur lagi? Akhirnya beliau membolehkan kami untuk mengganti beliau. Dengan persetujuan beliau –dan ketua jurusan tentunya—aku mengganti dosen penguji skripsiku. Kompre berakhir, sudah dinyatakan lulus dan tidak perlu mengulang ujian skripsi. Syukur, akhirnya lulus! Apa yang ditunggu selanjutnya? Pengukuhan sarjana pertanian (SP) oleh jurusan.

November tanggal 18 akhirnya dinyatakan lulus oleh jurusan Budidaya Pertanian tercinta J Semua perjuangan terbayar sudah. Langkah demi langkah, segala tangis dan tawa berakhir sudah. Tinggal menunggu momen wisuda yang entah kapan dilaksanakan.

Desember? Jangan lupa untuk mengurus SKL (Surat Keterangan Lulus) dari Fakultas Pertaian tersayang. Karena, tanpanya, kita tidak bisa mendaftar wisuda. Tiada halangan berarti untuk mengurus SKL ini. Urusan daftar-mendaftar wisuda juga lancar jaya. Aku masuk periode 7, yang tak tau tanggal berapa diadakan. Yang penting SKL sudah di tangan! Setidaknya sudah bisa mendaftar pekerjaan J

Di tahun ini aku belajar banyak makna bersabar. Karena aku bukan penyabar, selalu ingin yang cepat, cepat, dan cepat! Selain itu, di tahun ini aku diajarkan untuk selalu mengontrol emosi. Dan aku orangnya memang ekspresif sekali (baca: emosian). Oleh karena itu, sudah saatnya –untuk ke depannya—aku mengendalikan amarah, ya.

Terimakasih untuk tahun ini yang begitu butuh kesabaran ekstra! Jadi, mari persiapkan badan, pikiran, dan hati untuk menyambut tahun depan! J



You May Also Like

0 comments