Gerbang Dialog Danur: Seharusnya Ditulis Pieter, Bukan Peter

by - 3/27/2017


Sampul depan buku Gerbang Dialog Danur karya teh Risa via tokopedia.com


Dalam rangka rilisnya film Danur: I Can See Ghosts, yang terilhami dari buku berjudul Gerbang Dialog Danur karya teh Risa Saraswati, vokalis band indie Sarasvati, maka saya ikut menuliskan perhatian saya terhadap karya ini.

Secara garis besar buku -dan film- ini bercerita tentang pertemanan seorang gadis bernama Risa dan teman-teman tak kasat matanya. Siapakah mereka? Hantukah? Benar! Teman-teman tersebut yaitu Peter, Hans, William, Yanshen, dan Hendrick. Begitulah yang ditulis teh Risa dalam buku-buku dan blognya. Sounds weird, isn't it?

Karena saya sedang belajar bahasa Belanda juga, saya rasa nama-nama tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Belanda sok asik lu. Setidaknya itu menurut pendapat saya, pendapat tuan dan nona bisa saja berbeda. Mari saya jelaskan sedikit, mengapa penulisan nama-nama tersebut tidak sesuai dengan bahasa Belanda.


Supaya tidak tegang, sambil mendengar lagu tentang Pieter, yuk!


Pertama, sesuai judulnya maka saya jelaskan nama Peter terlebih dahulu. Peter seharusnya ditulis Pieter, kenapa? Karena Peter merupakan nama pemberian (given name) dalam bahasa Inggris, sedangkan bahasa Belandanya adalah Pieter (dengan pelafalan yang sama). Pernah tidak menjumpai nama di Indonesia misalnya "Titiek Puspa", "Lies AR", atau "Mamiek Slamet"? Nah, seperti itu cara membaca "Pieter". Misalnya tokoh yang menggunakan nama Pieter yaitu Pieter Huistra (yang suka bola pasti tahu siapa orang ini). Adakah bentuk lain dari Pieter di nama Indonesia? Ada, biasanya menjadi Petrus, yang berasal dari kata bahasa Yunani, "petra" yang artinya "batu".

William, seharusnya ditulis Willem. Jika kita lebih sedikit jeli, pada buku sejarah SMP-SMA kita sering mendengar nama "Ratu Wilhelmina"? Nah, Wilhelmina merupakan bentuk feminin dari Willem. William sendiri merupakan nama orang Inggris.

Hans, merupakan nama panggilan dari Johannes, sehinga seharusnya ditulis Hannes. Nama panggilan alternatif dari Jahannes ini bisa Jan, Johan, serta nama femininya yaitu Johanna yang berpadanan dengan Jane dalam bahasa Inggris, serta John untuk nama maskulinnya.

Hendrick, terdengar seperti nama orang Inggris ketimbang Belanda, kenapa? Karena nama ini seharusnya ditulis Hendrik, biasa. Padanan nama dalam bahasa Inggris yaitu Henry. Sedangkan nama femininnya yaitu Hendrika, yang biasa disingkat menjadi Riek atau Rika. Sudah jelas darimana nama Rika berasal, mungkin, hehe.

Nah, ini yang paling fatal menurut saya. Namanya Yanshen, yang sangat tidak terdengar nama orang Belanda menurut saya. Seharusnya ditulis Jansen, yang berpadanan dengan Johnson dalam nama-nama Inggris. Selain itu, nama Jansen juga berpadanan dengan Johannes, loh. Jadi mungkin si hantu terkecil dalam buku ini punya nama yang sama dengan Hans, sama-sama Johannes. Dalam bahasa Belanda, huruf "J" dibaca "Y" seperti dalam bahasa Indonesia, maka jelas sudah. Jansen akan dibaca Yansen, dalam lidah orang Indonesia.


Untuk trailer film Danur sendiri, silakan ditengok!

Nama-nama dalam buku teh Risa menurut saya harus ditulis seperti itu, karena teman-teman teh Risa adalah orang Belanda, meski mereka lahir di Indonesia.

Omong-omong, saya bukan tidak suka dengan karya teh Risa, ya. Saya suka sekali, terlebih mendengar lagu-lagunya, juga bukunya. Tulisan ini merupakan betuk sayang saya pada teh Risa, dan Pieter cs.

Untuk yang penasaran nama-nama itu saya peroleh dari mana, silakan baca tautan ini. Di situ jelas mengenai nama-nama orang Belanda yang umum. 

You May Also Like

2 comments

  1. Sering denger yang Willem itu. Sampai ada klub sepak bola Belanda yang namanya Willem II. Itu mirip kayak Joko jadi Jaka ya? *sotoy*

    Ohoho, atau begini. Saya, kan, Robby. Padanan baratnya jadi... Robert.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, macam kalau di Indonesia 'Muhammad', di UK atau di barat jadi 'Mohammed'. Sah-sah aja sih menurut saya, tergantung lidah itu :)

      Hapus