Tolire Kecil dan Ruang Sendiri
Kemarin, saya mengunggah foto di akun Instagram saya, saya menuliskan caption tentang ruang sendiri. Karena waktu itu saya tidak punya kutipan atau kata-kata yang layak dijadikan caption, maka saya menuliskannya dengan random.
Tenang, tulisan kali ini bukan tentang pemaknaan lagu Ruang Sendiri karya Tulus, namun lebih ke apa yang saya butuhkan, terkadang.
Tenang, tulisan kali ini bukan tentang pemaknaan lagu Ruang Sendiri karya Tulus, namun lebih ke apa yang saya butuhkan, terkadang.
Video klip lagu Ruang Sendiri
Beberapa hari terakhir, saya dan dua teman menyelipkan ruang sendiri di percapan kami melalui aplikasi perpesanan. Ya, di sini saya masih belum menemukan teman yang bisa diajak bercerita secara tatap muka. Teman-teman saya tertinggal di Jawa.
Dua teman tadi, kalau pertemanan atau persahabatan itu, tidak harus berhubungan setiap hari. Tidak bertemu sehari juga tidak masalah. Tidak berkabar melalui LINE, Whatsapp, atau pun DM Instagram juga bebas. Yang penting masih sense of belonging.
Oh ya, saya baru ingat. Ternyata bukan dua teman saya, tapi ada lagi satu teman blogger saya yang jauh-jauh membicarakan "jarak" dari persahabatan, yaitu Sasha.
Saya bukan tipe manusia yang terlalu bergantung kepada teman. Misalnya, dulu waktu kuliah saya lebih memilih naik angkot ketimbang minta jemput teman kontrakan. Ya, bukan berarti saya tidak butuh mereka vice versa, tapi saya memandang itu sebagai bentuk kemandirian saya. Saya terlalu risih ketika ada teman yang terlalu bergantung. Jujur saja.
Tumbuh dan berkembang sebagai anak tunggal, orang tua saya sadar kalau kemandirian adalah kunci anak semata wayangnya ini bisa survive kelak. Dan itu yang ditanamkan orang tua saya sejak kecil.
Mengenai teman yang selalu bergantung itu, saya malah merasa risih. Bertemu setiap hari, setiap saat, dan pergi ke mana-mana selalu bersama adalah hal yang amat membosankan buat saya. Makanya saya lebih menjaga jarak, dan tetap membangun batas tembok setinggi pinggang saja.
Inilah penampakannya:
Danau Tolire Kecil
Tolire Kecil dan Gunung Gamalama
Sedy, banyak sampah :(
Di Ternate, Tolire Kecil merupakan tempat saya menemukan ruang sendiri yang lebih. Lebih dalam artian lebih sepi, lebih mendengar suara debur ombak, dan lebih santai tentunya.
Tolire Kecil merupakan sebuah danau yang luasnya mungkin sebesar lapangan bola. Dan beberapa meter kemudian kita bisa menjumpai pantai. Pantainya eksotis, karena pasirnya hitam.
Selain danau, beberapa langkah pun dapat membawa kita ke bibir pantai yang eksotis, kata teman saya. Saya suka suara alam yang bersahutan, debur ombak, angin berhempus semilir, dan cahaya sang surya yang tak berhenti menyinari. Ini yang membuat bule berbondong-bondong bervakansi ke negara tropis.
Melambai-lambai~ nyiur di pantai~
Pulau Hiri dengan awan di atasnya
Dua pandan laut yang saling menguatkan namun tetap berjarak. Ibarat tulisan saya sebelumnya, kita memang berteman, tapi tolong berikan jarak untuk pertemanan ini :)
Akhirnya, saya menemukan ruang sendiri versi saya.
Sekali lagi, meski kita makhluk sosial, tetap butuh jarak. Apalagi untuk individu dengan sifat mudah bosan seperti saya. Bukannya tida butuh, tapi sekadar menggunakan kemandirian ini untuk survive.
2 comments
waaaah...ruang sendirinya enak tuh buat dikunjungi :)...kayaknya itu nggak sendiri, ada banyak flora dan fauna yang menemani hehe
BalasHapusgimana caranya jadi relawan profauna??
Silakan bisa ke sini ya http://www.profauna.net/id/supporter/tentang-supporter#.WNkRmVV97Dc
Hapus