Bulan-bulan Penuh Edukasi
Bulan Februari memang cuma 28 hari, tapi edukasi tidak berhenti!
Di tulisan sebelumnya saya menuliskan tentang kepindahan saya ke Ternate ini. Sekarang setidaknya tamu-tamu pembaca sudah paham kan mengenai pekerjaan saya? Yup, seorang juru kampanye newbie yang selalu mencoba belajar.
Sebenarnya, ini dilakukan karena memang jadwal di bulan Februari adalah edukasi. Hitung-hitung saya pemanasan dulu sebelum edukasi ke masyarakat, bukan ke anak-anak sekolah. Saya sudah memikirkan yang tidak-tidak nih kalau edukasi ke masyarakat. Apalagi rekan kerja saya maunya edukasi dengan banyak orang. Menurut saya sih, seperti itu tidak terlalu bisa menyentuh ya. Karena perhatian akan fokus pada penonton yang di depan. Ahhhh, biarlah. Biarkan trial and error bekerja. Saya cuma perlu meluruskan punggung sejenak.
Edukasi pertama yakni pada Hari Primata Indonesia yang diadakan pada 30 Januari lalu. Kami melakukan sosialisasi di SMA RK Bintang Laut. Jumlah pesertanya gabungan dari kelas X, XI, dan XII. Edukasi dilakukan di ruangan kelas, tentu saja.
Sangat disayangkan karena tidak ada sesianda-bertanya-atheis-menjawab tanya jawab. Padahal dilihat dari wajah-wajah mereka, penasaran sekali kenapa primata tidak boleh dipelihara, ditangkap, diperjualbelikan. Ya, kendalam waktu menjadi hal yang tak bisa dihindarkan.
Lain Hari Primata Indonesia, lain lagi edukasi di bulan Februari. Tema yang kami angkat sesuai dengan keadaan lapang dan proyek yang sedang saya jalani, yaitu perlindungan parrots.
Seperti kita ketahui, wilayah Maluku Utara masuk dalam lini imajiner bernama Garis Wallacea, yang terbentang mulai Pulau Sulawesi sampai Papua. Meski ada garis khayal lain yaitu Garis Weber dan Garis Lydekker, namun karena Garis Wallacea lebih dikenal lebih dulu, makanya daerah ini masih disebut kawasan Wallacea.
Nah, di kawasan Wallacea ini, terdiri dari banyak spesies-spesies endemik, misalnya parrots tadi. Parrots sih, tidak hanya mencakup jenis kakatua ya, tapi juga ada beragam jenis nuri, betet, serindit, perkici dan lain-lain. Jadilah tema kegiatan kampanye kali ini adalah perlindungan terhadap burung paruh bengkok (parrots).
Kampanye bulan ini menaruh dua spesies, yaitu kakatua putih dan kasturi ternate yang disebutkan dalam IUCN sebagai vulnerable (VU) dan endangered (EN). Kegiatan edukasi menyasar sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA / sederajat. Nah, di tulisan kali ini saya hanya memajang foto-foto saat edukasi. Pak Rosek, sebagai pendiri PROFAUNA berpesan agar setiap kegiatan selalu ada dokumentasi. Beliau mengatakan bahwasanya gambar bisa bercerita lebih banyak dari kata. Dan saya sangat setuju!
Mungkin di tulisan berikutnya saya akan menulis, kenapa sih harus edukasi? Atau bagaimana sih keadaan burung endemik yang sedang PROFAUNA kampanyekan?
Ditunggu saja, tuan dan nona!
Di tulisan sebelumnya saya menuliskan tentang kepindahan saya ke Ternate ini. Sekarang setidaknya tamu-tamu pembaca sudah paham kan mengenai pekerjaan saya? Yup, seorang juru kampanye newbie yang selalu mencoba belajar.
Ditangkap so tara boleh, apalagi ngana pelihara di ngoni pe rumah, tara boleh lagi!
Sebenarnya, ini dilakukan karena memang jadwal di bulan Februari adalah edukasi. Hitung-hitung saya pemanasan dulu sebelum edukasi ke masyarakat, bukan ke anak-anak sekolah. Saya sudah memikirkan yang tidak-tidak nih kalau edukasi ke masyarakat. Apalagi rekan kerja saya maunya edukasi dengan banyak orang. Menurut saya sih, seperti itu tidak terlalu bisa menyentuh ya. Karena perhatian akan fokus pada penonton yang di depan. Ahhhh, biarlah. Biarkan trial and error bekerja. Saya cuma perlu meluruskan punggung sejenak.
Edukasi pertama yakni pada Hari Primata Indonesia yang diadakan pada 30 Januari lalu. Kami melakukan sosialisasi di SMA RK Bintang Laut. Jumlah pesertanya gabungan dari kelas X, XI, dan XII. Edukasi dilakukan di ruangan kelas, tentu saja.
Sangat disayangkan karena tidak ada sesi
Lain Hari Primata Indonesia, lain lagi edukasi di bulan Februari. Tema yang kami angkat sesuai dengan keadaan lapang dan proyek yang sedang saya jalani, yaitu perlindungan parrots.
Seperti kita ketahui, wilayah Maluku Utara masuk dalam lini imajiner bernama Garis Wallacea, yang terbentang mulai Pulau Sulawesi sampai Papua. Meski ada garis khayal lain yaitu Garis Weber dan Garis Lydekker, namun karena Garis Wallacea lebih dikenal lebih dulu, makanya daerah ini masih disebut kawasan Wallacea.
Nah, di kawasan Wallacea ini, terdiri dari banyak spesies-spesies endemik, misalnya parrots tadi. Parrots sih, tidak hanya mencakup jenis kakatua ya, tapi juga ada beragam jenis nuri, betet, serindit, perkici dan lain-lain. Jadilah tema kegiatan kampanye kali ini adalah perlindungan terhadap burung paruh bengkok (parrots).
Poster macam-macam parrots via Feenixx Publishing
Sebegitu pentingkat melindungi burung dari ordo Psittaciformes ini?
PENTING SEKALI!Kenapa? Karena mereka endemik! Artinya apa? Ya cuma ada di tempat yang bersangkutan saja, dengan kata lain, persebarannya juga terbatas di wilayah itu.
Kampanye bulan ini menaruh dua spesies, yaitu kakatua putih dan kasturi ternate yang disebutkan dalam IUCN sebagai vulnerable (VU) dan endangered (EN). Kegiatan edukasi menyasar sekolah-sekolah SD, SMP, dan SMA / sederajat. Nah, di tulisan kali ini saya hanya memajang foto-foto saat edukasi. Pak Rosek, sebagai pendiri PROFAUNA berpesan agar setiap kegiatan selalu ada dokumentasi. Beliau mengatakan bahwasanya gambar bisa bercerita lebih banyak dari kata. Dan saya sangat setuju!
Adik-adik ekskul PMR & Pramuka SMPN 2 Kota Ternate (tak lupa guru & pendamping)
Bersama siswa-siswi kelas V dan VI SD Al-Irsyad Kota Ternate
Beberapa siswa-siswi SMAN 3 Kota Ternate
Ini malah satu sekolah @ SMAN 5 Kota Ternate
Kelas VIII SMPN 6 Kota Ternate
****
Mungkin di tulisan berikutnya saya akan menulis, kenapa sih harus edukasi? Atau bagaimana sih keadaan burung endemik yang sedang PROFAUNA kampanyekan?
Ditunggu saja, tuan dan nona!
0 comments