Halo! Apa kabar? Semoga seluruh makhluk berbahagia, termasuk kalian yang membaca!
Pertama kali aku dengar lagu ini langsung mikir "kok Bandaneira banget?" Apa karena ada Rara Sekar? Juga akustik seperti Bandaneira? Mungkin.
Menurutku ini lagu magis dari lagu-lagu Hindia alias Baskara Putra sejauh ini. Aku selalu punya satu lagu magis dari setiap penyanyi/ band yang aku dengar. Dan pilihanku jatuh ke Membasuh.
Selain karena bisa bikin eargasm, liriknya juga dalam. Bukan sekadar permasalahan antara orang-orang tapi lebih ke refleksi diri kali, ya. Setelah baca lirik lagunya, akhirnya pikiranku tertuju ke kalimat bahasa Sanskerta: tat tvam asi. Apa yang kita beri ternyata berbalik ke pad akita sendiri, alias kita memberi pada diri kita sendiri.
Meski terdengar sedih, sendu, dan muram menurutku lagu ini jauh dari itu. Menurutku lagu ini adalah ketika kita bersedia menerima dan menjadi ikhlas dengan apa yang sudah kita beri. Meski nanti, sekembalinya apa yang kita beri itu dalam bentuk lain yang tak terduga. Sungguh, ketika menyadari adalah saat-saat yang berbahagia. Semoga.
Meski terdengar sedih, sendu, dan muram menurutku lagu ini jauh dari itu. Menurutku lagu ini adalah ketika kita bersedia menerima dan menjadi ikhlas dengan apa yang sudah kita beri. Meski nanti, sekembalinya apa yang kita beri itu dalam bentuk lain yang tak terduga. Sungguh, ketika menyadari adalah saat-saat yang berbahagia. Semoga.
Hindia via Genius.com |
Selamat menyimak! (Jangan lupa dengarkan jua lagunya!)
****
Selama ini ‘ku nanti
Yang ‘ku berikan datang berbalik
Tak kunjung pulang apapun yang terbilang
Di daftar pamrihku seorang
Yang ‘ku berikan datang berbalik
Tak kunjung pulang apapun yang terbilang
Di daftar pamrihku seorang
Entah, tapi tanpa
disadari diam-diam aku menantikan sesuatu yang kuberi kepada orang-orang.
Sesuatu entah materiil atau moriil. Aku menanti sangat lama, sampai-sampai aku
bertanya apakah yang kuberikan pada mereka akan kembali berpulang kepadaku?
Apapun itu?
Telat kusadar hidup
bukanlah
Perihal mengambil yang kautebar
Sedikit air yang kupunya
Milikmu juga, bersama
Perihal mengambil yang kautebar
Sedikit air yang kupunya
Milikmu juga, bersama
Makin lama makin aku
berpikir bahwa kita hidup bukan untuk mengambil kembali apa yang sudah kita
beri. Ada yang lebih daripada itu. Ada hal yang lebih dari sekadar memanen apa
yang kita tanam. Milikku, apapun itu ternyata ada milikmu jua. Ternyata kita
saling memiliki apa yang kita punyai.
Bisakah kita tetap
memberi walau tak suci?
Bisakah terus mengobati walau membiru?
Cukup besar ‘tuk mengampuni, ‘tuk mengasihi
Tanpa memperhitungkan masa yang lalu
Walau kering, bisakah kita tetap membasuh?
Bisakah terus mengobati walau membiru?
Cukup besar ‘tuk mengampuni, ‘tuk mengasihi
Tanpa memperhitungkan masa yang lalu
Walau kering, bisakah kita tetap membasuh?
Aku bertanya-tanya,
jika kita ingin memberi apakah keadaanku dan keadaanmu harus sama? Kuharap
tidak. Karena kupikir, kita bisa saling memberi meski keadaannya berbeda. Harusnya
kita saling bisa mengobati, apapun keadaannya. Sedang baik atau tidak. Kita
cukup besar untuk saling mengasihi. Lagipula kita juga cukup besar untuk
melupakan kesalahan di masa lampau. Seperti yang kukatakan, meski sedang tidak
baik-baik saja kita harusnya bisa saling membasuh kotoran-kotoran kita di masa
lalu.
Kita bergerak dan
bersuara
Berjalan jauh, tumbuh bersama
Sempatkan pulang ke beranda
‘Tuk mencatat hidup dan harganya
Berjalan jauh, tumbuh bersama
Sempatkan pulang ke beranda
‘Tuk mencatat hidup dan harganya
Kita saling berkembang
dengan cara kita sendiri, menyuarakan apa yang ada di kepala. Berjalan pelan
atau cepat, tumbuh berkembang jua. Bagaimanapun jangan lupa untuk kembali ke
tempat kita berawal. Awal dimana kita bertumbuh untuk mengetahui seberapa
berharga hidup yang sudah kita jalani.
Mengering sumurku terisi kembali
Kutemukan makna hidupku di sini
Kutemukan makna hidupku di sini
Mengering sumurku
terisi kembali
Kutemukan makna hidupku di sini
Kutemukan makna hidupku di sini
Meski banyak yang kuberikan,
nyatanya kurasa tidak berkurang. Apa yang kuberi kembali pada diriku sendiri.
Inilah makna hidup yang kucari selama ini. Memberi tanpa pamrih, karena
sebenarnya kita memberi pada diri sendiri.