• Home
  • Author
  • Send a raven!
spotify goodreads SoundCloud

Huis van Abdï

Diberdayakan oleh Blogger.

Halo! Apa kabar? Semoga seluruh makhluk berbahagia, termasuk kalian yang membaca!

Pertama kali aku dengar lagu ini langsung mikir "kok Bandaneira banget?" Apa karena ada Rara Sekar? Juga akustik seperti Bandaneira? Mungkin.

Menurutku ini lagu magis dari lagu-lagu Hindia alias Baskara Putra sejauh ini. Aku selalu punya satu lagu magis dari setiap penyanyi/ band yang aku dengar. Dan pilihanku jatuh ke Membasuh.

Selain karena bisa bikin eargasm, liriknya juga dalam. Bukan sekadar permasalahan antara orang-orang tapi lebih ke refleksi diri kali, ya. Setelah baca lirik lagunya, akhirnya pikiranku tertuju ke kalimat bahasa Sanskerta: tat tvam asi. Apa yang kita beri ternyata berbalik ke pad akita sendiri, alias kita memberi pada diri kita sendiri.

Meski terdengar sedih, sendu, dan muram menurutku lagu ini jauh dari itu. Menurutku lagu ini adalah ketika kita bersedia menerima dan menjadi ikhlas dengan apa yang sudah kita beri. Meski nanti, sekembalinya apa yang kita beri itu dalam bentuk lain yang tak terduga. Sungguh, ketika menyadari adalah saat-saat yang berbahagia. Semoga.


Hindia via Genius.com

Selamat menyimak! (Jangan lupa dengarkan jua lagunya!)




****

Selama ini ‘ku nanti
Yang ‘ku berikan datang berbalik
Tak kunjung pulang apapun yang terbilang
Di daftar pamrihku seorang
Entah, tapi tanpa disadari diam-diam aku menantikan sesuatu yang kuberi kepada orang-orang. Sesuatu entah materiil atau moriil. Aku menanti sangat lama, sampai-sampai aku bertanya apakah yang kuberikan pada mereka akan kembali berpulang kepadaku? Apapun itu?

Telat kusadar hidup bukanlah
Perihal mengambil yang kautebar
Sedikit air yang kupunya
Milikmu juga, bersama
Makin lama makin aku berpikir bahwa kita hidup bukan untuk mengambil kembali apa yang sudah kita beri. Ada yang lebih daripada itu. Ada hal yang lebih dari sekadar memanen apa yang kita tanam. Milikku, apapun itu ternyata ada milikmu jua. Ternyata kita saling memiliki apa yang kita punyai.

Bisakah kita tetap memberi walau tak suci?
Bisakah terus mengobati walau membiru?
Cukup besar ‘tuk mengampuni, ‘tuk mengasihi
Tanpa memperhitungkan masa yang lalu
Walau kering, bisakah kita tetap membasuh?
Aku bertanya-tanya, jika kita ingin memberi apakah keadaanku dan keadaanmu harus sama? Kuharap tidak. Karena kupikir, kita bisa saling memberi meski keadaannya berbeda. Harusnya kita saling bisa mengobati, apapun keadaannya. Sedang baik atau tidak. Kita cukup besar untuk saling mengasihi. Lagipula kita juga cukup besar untuk melupakan kesalahan di masa lampau. Seperti yang kukatakan, meski sedang tidak baik-baik saja kita harusnya bisa saling membasuh kotoran-kotoran kita di masa lalu.

Kita bergerak dan bersuara
Berjalan jauh, tumbuh bersama
Sempatkan pulang ke beranda
‘Tuk mencatat hidup dan harganya
Kita saling berkembang dengan cara kita sendiri, menyuarakan apa yang ada di kepala. Berjalan pelan atau cepat, tumbuh berkembang jua. Bagaimanapun jangan lupa untuk kembali ke tempat kita berawal. Awal dimana kita bertumbuh untuk mengetahui seberapa berharga hidup yang sudah kita jalani.

 Mengering sumurku terisi kembali
Kutemukan makna hidupku di sini
Mengering sumurku terisi kembali
Kutemukan makna hidupku di sini
Meski banyak yang kuberikan, nyatanya kurasa tidak berkurang. Apa yang kuberi kembali pada diriku sendiri. Inilah makna hidup yang kucari selama ini. Memberi tanpa pamrih, karena sebenarnya kita memberi pada diri sendiri.




Share
Tweet
Pin
Share
7 comments
*this sarcastic post intends to remind myself only so if y'all read this please don't mind*

Lately, I realise that procrastinating is good for your health. You can be relax and let go of things you mind. You don't do thing of your to-do list, so you can take that me-time before you lost it.

Laying on your comfortable bed via Unsplash (Vittori)

Procrastinating can be filled with various passive activities such as laying on your bed and reading your favourite books and stargazing (or ceiling-gazing instead). You can enjoy your free time, thinking over the things that matter you most or just do nothing.

This week seems the longest procrastinating period in my life. I able to scroll timeline of my Twitter account for hours. Liking and retweeting tweets I interest to or give my perspectives regarding certain topics.

How nice to do nothing and delaying to do all of your responsibilities. I assure you to procrastinating. Let go something you worry about, because time will heal.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
In this quarter life crisis, I think I lose my self. My self that always cheerful and a bit rebel. LOL. I know this situation is not eternal, time will change. I will transform to better person. I believe it.

I respect the process. These ups and downs, that turmoil, and this episodic chaos in my head. It consumes energy, indeed, caused many unimportant overthinks --although I know this hard time shall pass.

Many beginner adult like me on their crisis. They can be lost like me, I supposed. And it could lead to another dangerous action such as suicidal. But I won't do that. I still want to live the life. What I need is write and write and write. Just writing to expel every bad thinking inside my head. I know this is kind of therapy to me. And I'll do that.

Speaking of lost, sometime it makes us to miss things. On this moment, I suppose I miss me. The old me.

I got this photograph via unsplash.com

I even can't describe how me in the past, at least in last five years ago. But writing can be such helpful.

Suddenly I open the folder on my laptop titled "Dear Diary". Shockingly after I opened the folder, I wrote many writings. I can't even remember how could I be consistent write daily.

I even wrote plenty writings, and sort it by month. I should admire myself more after I read those writings.

It can be fun to know how I wrote based on my feeling in the past. How alay me. Haha! But I know that I'm growing, I'm developing myself.

This one should ensure this body and mind to relax, to chill. Just believe to this mantra "hard time shall pass."
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ada kalanya menangis mampu meringankan beban. Di lain waktu, menangis malah menambah beban. Apapun yang terjadi, itu artinya diri kita masih cukup sensitif merasa.

Suatu hari di waktu yang tak terhingga, Ia yang Tak Bernama tiba-tiba menangis di dekat ibunya yang sedang terbaring lemah karena sakit. Ia tak menangisi ibunya, alih-alih ia menangisi dirinya sendiri. Menangisi dirinya yang tak mampu berbuah sesuatu pada dirinya sendiri. Menangisi keadaan yang tak 'kan berubah meski air matanya menjelma menjadi butiran mutiara. Ia hanya ingin menangis.

Dalam pikirannya, ia tak kuasa melawan arus. Harusnya ia menjadi arus itu sendiri, namun kali ini ia menjadi ikan mati yang terbawa arus.

Ia menangis via Pexels


"Biarlah", tandasnya lirih sembari makhluk-makhluk raksasa mengerikan di dalam kepalanya memangsa kewarasannya.

Tangisan yang paling buruk adalah tangis tanpa suara. Yang ada hanyalah butiran air mata yang keluar deras, bagaikan air bah. Tangis yang disertai tatapan mata kosong, sedangkan di dalam pikirannya ada badai yang berkecamuk, meluluhlantakkan kedamaian jiwa. Sesedih itu, sesendu itu.

Ia sejatinya adalah anak  yang selalu tabah dan tegar di hadapan orang-orang, keluarga, dan teman-temannya. Namun kali ini, ia sedang ini menjadi makhluk rapuh. Tanpa cangkang keras yang melindungi lemahnya sisi terdalam jiwanya, bebas tanpa perlindungan apapun. Ia mempersilakan segala bentuk pikiran negatif menyerbu, meraup segala kesenangan di sudut-sudut hati, di relung-relung jiwa.

Bagaimanapun ia tersadar, dirinya tak sendiri. Pun manusia-manusia yang hidup sebelum ia lahir. Mereka pasti mengalami apa yang dialaminya saat ini. Begitu pula dengan ibunya yang tertidur pulas di sampingnya.

Kesedihan itu terus mengalir dalam lembah pikirannya. Ia juga ingin menjadi makhluk realistis, tanpa pemanis yang diada-adakan. Tak hanya kesenangan dan kabar gembira yang ingin ia lahap, tetapi segala bentuk kesan negatif jua.

Rupanya ia hanya ingin menjadi manusia biasa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Valar morghulis

About Me

Me, is an enigma --for you, for the universe and for I myself. I write what I want to write. Scribo ergo sum. I write, therefore I am.

Follow Me

  • spotify
  • goodreads
  • SoundCloud

Hot Post

Maester's Chamber

  • ▼  2024 (1)
    • ▼  Maret 2024 (1)
      • Merenungkan Eros dan Growing Into Love
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari 2023 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  Januari 2022 (1)
  • ►  2021 (5)
    • ►  Oktober 2021 (2)
    • ►  Juli 2021 (1)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (1)
  • ►  2020 (38)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (2)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (18)
    • ►  Januari 2020 (12)
  • ►  2019 (9)
    • ►  Desember 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Juli 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (2)
    • ►  Februari 2019 (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (2)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (1)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  Agustus 2017 (1)
    • ►  Juli 2017 (2)
    • ►  Juni 2017 (1)
    • ►  Mei 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  Maret 2017 (4)
    • ►  Februari 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (3)
  • ►  2016 (10)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (1)
    • ►  Agustus 2016 (1)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  Maret 2016 (2)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (22)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (6)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  Mei 2015 (2)
    • ►  Maret 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (1)
  • ►  2014 (5)
    • ►  Desember 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)

Tags

acara berjalan-jalan dapur kamar renungan kamar tengah kotak musik perpustakaan ruang tengah taman belakang

Created with by ThemeXpose