• Home
  • Author
  • Send a raven!
spotify goodreads SoundCloud

Huis van Abdï

Diberdayakan oleh Blogger.
Halo halo Bandung, ternyata sudah satu bulan saya tidak menulis. Bulan Oktober terlalu sibuk untuk sekadar menulis pembelaan. Tapi memang Oktober kegiatan lumayan padat, sebulan kemarin saya pergi ke lapang sebanyak dua kali. Akhirnya baru sempat menulis di awal bulan November ini.

Sebelumnya ada yang bertanya: kok bisa sih freshgraduate kerja di NGO? Atau kok bisa sih dapet kerjaan kayak gini?

Memang kalau kita cermati, kebanyakan lowongan kerja di LSM/NGO mensyaratkan untuk memiliki pengalaman kerja. Mulai dari 3-5 tahun harus dikantongi. Itulah yang menjadi pertanyaan pada saya.

Saya juga bingung menjawabnya, karena pekerjaan pertama saya ini merupakan hal di luar dugaan, meski memang didamba-dambakan. Jadi ceritanya begini....

Waktu itu Protection of Forest and Fauna (Profauna Indonesia) memang sedang membutuhkan staf untuk mengisi lowongan di posisi Communication Staff. Saya melamar saja karena tidak ada ketentuan pria atau wanita. Setelah seminggu lamanya saya menunggu tidak ada kabar pengumuman Communication Staff, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah.

Tiga hari kemudian, saya mendapat pesan dari founder Profauna Indonesia, Bapak Rosek Nursahid. Beliau mengirimkan pesan melalui Whatsapp yang isinya lebih kurang:

"Afrizal, apa mau bekerja di Maluku Utara? Nanti Afrizal bisa tinggal di kantor. Kerjanya nanti sosialisasi ke desa-desa di Halmahera Selatan."

Saya belum menjawab, akhirnya ada pesan lagi berbunyi:

"Kalau Afrizal mau, saya tidak akan publish di web."

Bukan berlaga sombong atau apa, karena waktu itu baterai hp sedang low, sedangkan listrik masih padam. Saya enggan membalas jika tidak ada pesan yang penting (oke ini mulai songong). Berikutnya tanpa babibu lagi, saya membalas pesan beliau dengan mengatakan "ya, saya setuju."

Akhirnya kami sama-sama deal. Saya akan bekerja di NGO, dan beliau tidak akan mem-posting lowongan pekerjaan ini di situs Profauna.

Intermezzo: setelah saya masuk dan bekerja di kantor headquarters (HQ), diketahui bahwa posisi itu untuk wanita. Pantas saja saya tidak dipanggil untuk wawancara!

Pasti terbit pertanyaan: kok bisa kenal founder NGO?

Saya bersyukur pernah menjadi sukarelawan atau volunteer di Profauna Indonesia. Dan selama berkegiatan sebagai sukarelawan ini, saya juga berinteraksi tidak hanya dengan para staf namun juga Bapak Rosek sendiri. Pun waktu itu hanya saya yang menjadi sukarelawan di Profauna. Mau tidak mau beliau kenal saya, kan?

Karena tahu saya melamar pekerjaan sebagai communication staff di Profauna, maka beliau akhirnya menawari saya pekerjaan di organisasi yang dipimpinnya, Profauna Indonesia. Inilah awal mula saya diterima sebagai staf lapang Profauna di Maluku Utara.



Kilas Balik

Sebagai lulusan baru, tentunya kita perlu aktualisasi diri setelahnya. Dengan kata lain, fase berikutnya sudah menunggu. Entah itu bekerja, langsung menikah, membuka usaha/berbisnis, lanjut sekolah, atau yang lain.

Saya sendiri memilih jalan terakhir, yaitu yang lain. Nah, istilah "yang lain" ini bisa beragam bentuknya. Waktu itu saya mencari alternatif lain seusai wisuda, yaitu menjadi relawan panitia di Kelas Inspirasi (KI). Tentunya kids zaman now tahu itu apa itu KI, yang tidak tahu saya tenggelamkan! *ala suara Menteri Susi*.

Awas ditenggelemin Bu Susi gaes via memegenerator.net

Berbagai posisi saya lamar, mulai dari pertanian sampai nonpertanian, mulai dari lowongan dalam hingga luar negeri. Sebelum wisuda pun saya menerima panggilan tes dari salah satu perusahaan finance, namun saya tidak hadir. Karena memang belum siap dites. Hehe.

Bulan-bulan berikutnya setelah KI selesai, saya masih terus melamar. Beberapa panggilan tes pekerjaan berdatangan. Tapi entah kenapa saya masih gamang, dan sejujurnya....saya masih belum siap bekerja. Karena saya pikir, waktu itu 2016 saya masih berumur 21 tahun. Masih ada waktu untuk saya benar-benar siap terjun ke dunia kerja, pikir saya.

Namun, tekanan dari segala penjuru mulai berdatangan, pertanyaan "sudah lulus kuliah? Kerja dimana sekarang?" seolah menjadi kalimat paling menyedihkan. Selain itu, usia awal dua puluhan merupakan usia yang kritis karena twenty-something-crisis. Saya menyerah, saya harus keluar dari zona nyaman ini (baca: menjadi pengangguran). Saya ingin berbeda, ingin menempuh perjalanan yang berbeda!

Oleh karena itu, saya rajin membaca artikel tentang mau kemana setelah lulus. Akhirnya saya memberanikan diri untuk volunteering.


Yang bisa dilakukan setelah wisuda via tirto.id

Sejak saat itulah saya rajin bertanya pada Mbah Google, dimanakah saya bisa menjadi sukarelawan? Tentunya saya memilih isu-isu yang sesuai dengan minat saya. Saya memilih isu lingkungan, lebih spesifiknya tentang satwa liar dan hutan, kalau bisa. Kalau tidak bisa, apa saja boleh!

Beberapa lembaga atau organisasi telah saya kantongi akibat sering bertanya pada Mbah Google. Banyak pertimbangan yang saya lakukan, salah satunya yaitu keuangan. Diri ini tidak ingin menyusahkan orang tua. Seusai menimbang-nimbang, saya putuskan menjadi sukarelawan di Profauna Indonesia, karena kantor pusatnya (headquarters) masih berada satu kota dengan kampus saya: Kota Malang. Kenapa Malang? Karena saya susah move on dari kota ini :')

Untuk volunteering di Profauna, syaratnya adalah menjadi anggota atau supporter terlebih dahulu. Segala persyaratan untuk menjadi supporter saya penuhi, akhirnya saya dinyatakan siap volunteering setelah mengisi formulir volunteer. Beruntungnya saya bisa memilih waktu untuk volunteering, serta tempatnya. Saya memilih untuk volunteering  di Petungsewu Wildlife Education Centre (P-WEC), di Dau, Kabupaten Malang. Untuk waktunya, saya memilih dari tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2017.

Serunya bermain gim "polusi sungai" via dokumentasi pribadi


Selama itu, banyak pelajaran dan pengalaman selama volunteering. Awalnya kita harus membiasakan diri memang, karena atmosfer tidak selalu mengenakkan (karena tidak terbiasa). Namun, karena keputusan ini saya ambil sendiri, tentu konsekuensinya harus saya hadapi sendiri.

Singkatnya, saya mengalami 7/7 dari artikel di Hipwee ini. Sepertinya saya berubah, ibarat ulat yang bersemadi dalam bentuk kepompong. Dan dalam kepompong itu semua proses terjadi, mengalir. Saya merasa keluar dari belenggu tak kasat mata selama ini.

Memang volunteering itu memberi kita pengalaman yang berbeda-beda. Tapi sejauh yang saya dapat berdasarkan pengalaman sendiri atau orang lain, menjadi seorang sukarelawan itu asyik kok! Kebahagiannya tidak setara lembaran uang, tapi lebih ke hal-hal sederahana. Pantas saja ada kalimat bahagia itu sederhana. Sesederhana gelak tawa staf saat makan siang bersama. Sesederhana berbagi skill kita kepada orang lain. Benar-benar sederhana :)

Seusai pengamatan pohon via dokumentasi pribadi


Tips saya untuk kalian yang belum pernah atau masih ragu untuk volunteering, ingat kalau hidup hanya sekali. Berlakulah baik dan memberikan dampak positiflah sesekali. Kita tidak tahu kapan akan pindah dari dunia ini. Maka dari itu, kalau tidak menjadi volunteer sekarang, lalu kapan lagi?

Hari terakhir, berfoto dulu kita via dokumentasi pribadi


Catatan: tulisan ini merupakan pengalaman saya sendiri. Penting diketahui bahwa tiap lembaga/organisasi punya kebijakan sendiri terkait perekrutan stafnya.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Gempabumi, atau tanah goyang dalam bahasa Melayu-Ternate, sudah tercatat sejak kemarin lusa (27/9). Gempabumi ini, sejauh pemberitaan di media belum sampai merusak. Namun getarannya terasa cukup kuat, dan dirasakan banyak orang.

Selama hampir setahun saya tinggal di Ternate, hari ini (Jumat, 29 September) yang terkuat. Dan, selama tiga hari berturut-turut ini yang paling sering terjadi gempabumi. Setelah beberapa kali mengunjungi situs BMKG, maka jelaslah bahwa tiga hari ini memang terjadi gempabumi.

Hasil pantauan mandiri via dokumentasi pribadi
Sejak awal terjadinya gempa sudah bisa dirasakan di Ternate via dokumentasi pribadi

Magnitudo gempa tertinggi terjadi pada hari ini, yaitu hingga mencapai angka M 5. Makanya BMKG membuat siaran pers di situsnya. Untungnya rentetan gempabumi tersebut tidak memicu tsunami, jadi sampai saat ini, kami aman.

Oh ya, mengapa judulnya terkesan aman-aman saja? Meski berdasarkan pemberitaan di media ada satu orang korban? Karena kita harus sadar bahwa....

kita hidup di daerah yang rawan bencana alam. Bencana yang dari sononya dan tak bisa kita cegah, kecuali manusianya yang bersiap diri.

Berdasarkan hasil berselancar di belantara Google, gempa ini disebut gempa swarm. Gempabumi ini dicirikan dengan seringnya frekuensi kejadian gempa, serta dengan magnitudo yang kecil. Lihat saja, ternyata Kabupaten Halmahera Barat yang merupakan episentrum gempa beberapa hari ini ternyata sudah mengalaminya pada tahun 2015.

Selain itu, saya mencomot judul tulisan saya saat ini dari blog Pak Daryono yang pernah bekerja di BMKG. Untungnya sampai saat ini saya belum menerima pesan berantai hoax terkait gempabumi ini. Syukurlah.


Ya, kita memang harus merasa nyaman untuk tetap survive. Jangan kaget saat terjadi gempa yang beruntun, hingga mencapai 988 kali. Lantas jangan seperti air comberan yang terheran-heran saat melihat air, wong sama-sama air, kok!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Disclaimer: tulisan kali ini bukan nyinyir semata, namun juga tiada maksud untuk menyindir


Long weekend banyak didamba sebagian orang, apalagi yang sudah bekerja. Yang sudah gawe. Tak terkecuali saya.

Selama saya bekerja di Maluku Utara, tiada beda antara hari kerja dan hari libur. Meski sudah tertera di lembar SOP kalau Sabtu dan Minggu libur. Tetap, bekerja di LSM haruslah dengan semangat kesukarelaan.

Ya, meskipun bekerja lintas pulau, lintas daerah, lintas provinsi (kadang) apabila konteksnya bekerja, akan selalu ada yang menghantui (baca: laporan perjalanan, laporan kegiatan, dsb). Hal itu membuat saya jenuh.

Di bulan ini, ada dua minggu strategis untuk berlibur agak panjang. Awal bulan dan menuju akhir bulan. Saya sudah melepas libur Hari Raya Iduladha, dan apakah saya akan melepas long weekend berikutnya? Jadi begini ceritanya....

Di dalam lubuk hati yang terdalam, saya mendamba untuk bervakansi ke Pulau Morotai. Ya, pulau ini sedang menjadi destinasi wisata prioritas pemerintah. Segala keindahan yang ditawarkan bisa ditanya di Mbah Google.

Akhirnya saya sampaikan keingin itu ke teman yang bekerja di pulau seberang. Akhirnya kita akan bervakansi ke Morotai! Yay!

Singkat cerita, saya sudah mengantongi izin. Harga dan jam berangkat kapal menuju Morotai sudah di tangan. Nahas, kami gagal berangkat!

Salah satu teman dalam rombongan kecil kami tidak diizinkan karena mengalami musibah.

Gagal sudah.

Ekspresi saya juga tidak jauh dari ini via memec(dot)com


Setiap orang menghadapi perubahan bisa berbeda-beda reaksinya. Ada yang ngambek, ada yang jadi "Miss Ikut Kemana Aja", alias tujuan kemana pasti "ngikut". Kebetulan yang ngambek ini memang orang "sini", yang tak pernah merantau.

Saya sih, anteng aja. Saya diajari ibu saya untuk siap untuk segala skenario yang akan terjadi, termasuk rencana wacana vakansi ke Morotai ini.

Akhirnya saya menyadari semangat merantau pada orang yang pernah merantau.

Anak rantau pasti sudah mengalami asam garam kehidupan. Mau itu yang senang, sedih, pasti sudah merasakan. Artinya segala perubahan itu sudah dilahapnya, dan tentunya menjadikannya lebih waspada pada perubahan. Menjadikannya lebih tangguh, daripada yang tidak.

Sebuah kenyataan hidup anak kost via fakhrikmt.blogspot.id


Menjadi anak rantau pastilah kuat. Hidup serba kekurangan (oke, ini lebay) menjadinnya lebih kreatif. Kreatif merupakan sebuah solusi alternatif, alias bisa diakali. Itulah ciri anak rantau!

Akhir kata, di tulisan yang semena-mena ini, saya bersyukur bisa merasakan merantau. Di tanah rantau nilai-nilai dan pelajaran hidup berlomba-lomba membentuk kita. Seperti kata pepatah: terbentur, terbentur, terbentur, terbentur, terbentuK.

Ngomong-ngomong bervakansi, yuk dengarkan dulu lantunan suara biduanita Nona Sari dari kelompok musik indie White Shoes & The Couples Company sembari menghibur diri. Enjoy!





Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bandara Oesman Sadik, Labuha


Hal yang saya syukuri dari pekerjaan saya saat ini adalah bolak-balik ke lapang, yaitu Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel). Halsel merupakan kabupaten terluas di Provinsi Maluku Utara. Ibukota kabupatennya ialah Labuha, yang berada di Pulau Bacan.

Pulau Bacan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Halsel. Artinya, pusat keramaian juga berada di sini. Bandara Oesman Sadik merupakan bandara satu-satunya bandara di pulau dengan luas 2.053 km persegi ini.

Untuk menuju Bacan menggunakan pesawat, hanya satu penerbangan dari Bandara Sultan Babullah, Ternate yaitu dengan armada Wings Air. Wings Air ini sebenarnya rute baru, yang efektif dibuka pada bulan April 2017 ini. Sebelumnya ada Express Air, namun sudah berhenti beroperasi.


Pulau Bacan menurut Google Maps

Waktu tempuh berkisar antara 30-40 menit. Penerbangan dari Ternate ke Bacan pukul 16.30 WIT, sedangkan dari Bacan ke Ternate pukul 07.30 WIT. Harga tiket pesawatnya yaitu Rp310.000 dari Ternate ke Bacan, sedangkan dari Bacan ke Ternate Rp320.000.

Dari jendela pesawat, pemandangan pulau-pulau kecil bertaburan layaknya zamrud. Pantas saja Chrisye dan White Shoes & The Couples Company menciptakan lagu Zamrud Khatulistiwa.

Tanpa banyak cingcong, saya sajikan dokumentasi foto. Kumpulan foto perjalanan dengan moda pesawat dari Bacan (selatan) ke Ternate (di utara). Enjoy!


Sewaktu 15 Agustus  2017: terlihat sisi barat Pulau Bacan dipenuhi pemukiman.


15 Agustus 2017: kemungkinan Desa Awanggoa

24 Juli 2017: Desa Babang, merupakan penghubung antara pulau Halmahera dan Bacan

18 Agustus 2017: mysterious islands :)

18 Agustus 2017: gugus Pulau Kayoa - Laluin

18 Agustus 2017: Pulau Makian

22 Desember 2016: Pulau Mare, Kota Tidore Kepulauan

22 Desember 2017: sisi timur Pulau Tidore, dengan puncak Kie Tubu. Pulau kecil antara Tidore dan Ternate adalah Pulau Maitara

22 Desember 2016: sisi timur laut Pulau Tidore


Indah bukan? 
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Valar morghulis

About Me

Me, is an enigma --for you, for the universe and for I myself. I write what I want to write. Scribo ergo sum. I write, therefore I am.

Follow Me

  • spotify
  • goodreads
  • SoundCloud

Hot Post

Maester's Chamber

  • ▼  2024 (1)
    • ▼  Maret 2024 (1)
      • Merenungkan Eros dan Growing Into Love
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari 2023 (1)
  • ►  2022 (2)
    • ►  April 2022 (1)
    • ►  Januari 2022 (1)
  • ►  2021 (5)
    • ►  Oktober 2021 (2)
    • ►  Juli 2021 (1)
    • ►  Juni 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (1)
  • ►  2020 (38)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (2)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Februari 2020 (18)
    • ►  Januari 2020 (12)
  • ►  2019 (9)
    • ►  Desember 2019 (1)
    • ►  November 2019 (2)
    • ►  Oktober 2019 (1)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  Juli 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (2)
    • ►  Februari 2019 (1)
  • ►  2018 (8)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  Juli 2018 (1)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (2)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (1)
    • ►  Januari 2018 (1)
  • ►  2017 (21)
    • ►  November 2017 (2)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  Agustus 2017 (1)
    • ►  Juli 2017 (2)
    • ►  Juni 2017 (1)
    • ►  Mei 2017 (1)
    • ►  April 2017 (1)
    • ►  Maret 2017 (4)
    • ►  Februari 2017 (3)
    • ►  Januari 2017 (3)
  • ►  2016 (10)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  November 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (1)
    • ►  Agustus 2016 (1)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (1)
    • ►  Maret 2016 (2)
    • ►  Februari 2016 (1)
    • ►  Januari 2016 (1)
  • ►  2015 (22)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (2)
    • ►  Oktober 2015 (1)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (6)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  Mei 2015 (2)
    • ►  Maret 2015 (1)
    • ►  Januari 2015 (1)
  • ►  2014 (5)
    • ►  Desember 2014 (1)
    • ►  September 2014 (4)

Tags

acara berjalan-jalan dapur kamar renungan kamar tengah kotak musik perpustakaan ruang tengah taman belakang

Created with by ThemeXpose