Interpretasi Lagu Dana Express oleh White Shoes & The Couples Company
Kembali saya menginterpretasikan
lagu. Masih dengan band yang sama yaitu White Shoes & The Couples Company.
Entah kenapa lagu-lagu baru band ini makin memberikan “feel” kepada saya. Semacam makin terhubung dengan
lagu ini, makanya saya buat pemaknaan lagunya.
Menurut saya
lagu ini menceritakan tentang pekerja yang mengungkapkan kekecewaannya kepada
perusahaan tempatnya bekerja. Semacam menagih gaji kepada perusahaan, dimana
gaji tersebut belum dibayarkan. Kemanakah uang itu? Hanya Tuhan yang tahu.
Lagu ini –
bersama lagu dari band lainnya – terdapat pada album Frekuensi Perangkap Tikus
Vol. 2 yang dirilis oleh ICW (Indonesian Corruption Watch). Tujuan dari
dirilisnya album ini yaitu untuk mengingatkan bahaya laten dari korupsi –
setidaknya menurut saya. Lagu-lagu lain juga sama, yakni bertajuk korupsi.
Korupsi memang
dapat dicegah, apalagi jika dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat!
White
Shoes & The Couples Company – Dana Express
Oooo....
Dendang kami menanti
Waktu
terulur lama terbuang percuma
Seringkali
ini terjadi
Gaji
jauh tertunda resah dibuatnya
Hari ini aku kesal sekali. Bagaimana tidak? Akhir
bulan yang dinanti menjadi sangat menyebalkan. Gaji yang seharusnya sudah
dikirim ke rekeningku, ternyata harus tertunda beberapa hari. Kejadian ini
bukan hanya sekali atau dua kali terjadi, namun sudah teramat sering. Totalitas
kepada perusahaan tempatku mengabdi harus diganjar dengan terlambatnya upah
kerja. Tidak sebanding dengan kerja lembur yang dititahkan atasan kepadaku,
mentang-mentang aku lulusan baru yang bisa dieksploitasi seenaknya. Kalau pada
akhirnya perusahaan ini sering menggaji terlambat karyawannya, tentu aku sudah resign
sejak lama! Aku sangat kecewa!
Pak
Direktur, kami lelah
Kandas
harapan berlibur
Senja
indah di akhir tahun
Kami
pun ingin bersuka
Wahai Bapak Direktur, tolong dengarkanlah keluh
kesah kami! Karyawan-karyawati yang kau patahkan harapannya! Sebenarnya kami
sudah lelah sekali bergelut dengan kertas-kertas, juga klien yang menyebalkan
itu. Kami bosan bertemu dengan mereka! Kami juga ingin bervakansi, melepas
penat. Apa yang kami butuhkan ialah berlibur di akhir tahun nanti. Rencana
sudah di tangan, namun apa daya? Uang yang kami butuhkan untuk berlibur masih
bertengger entah dimana. Kami manusia, bukan robot! Kami juga ingin menikmati senja
di tempat wisata. Bukan melototi layar sepanjang waktu di ruangan bersekat sempit ini!
Besar
harapan ‘ku menggunung
Semoga
tempo lembur tidak sia-sia
Tiap
pagi-pagi berangkat kerja
Menabung
impian besar indah bersama
Asa dan harapan untuk berlibur hanya mampu kami
bayangkan, namun sayangnya tidak bisa terlaksana. Pucuk dicita, ulam belumlah
tiba. Segala rencana yang sudah disiapkan jauh-jauh hari harus kami buang dari
kepala. Lama waktu berlembur yang kami korbankan demi intensif yang tak
seberapa, tak sebanding dengan pengorbanan waktu dan kesehatan. Bayangan di
kepala ketika menerima upah di pagi hari saat berangkat kerja haruslah sirna.
Impian berlibur setelah diterpa deadline kandas begitu saja. Inikah
bayaran kami wahai Bapak Direktur yang kami hormati?
Pak
Direktur, lelah aku menunggu gajiku
Tipis
sudah harapan berlibur di akhir tahun
Wahai Bapak Direktur yang dermawan, kami sudah tak
tahan lagi. Tak lihatlah kau? Kami sudah tak berdaya. Tubuh kami memberontak, sudah
tak kuasa ingin berlibur. Akhir tahun yang indah hanyalah angan semata. Dimanakah
hak kami? Jeritan hati pasti tak bisa kau dengar, biarlah kami pendam sendiri
keinginan berwisata di akhir tahun nanti.
Rambu
kota, kami lelah
Kandas
harapan berlibur
Senja
indah di puncak gunung
Kami
pun ingin bersuka
Yang bisa kami lakukan cuma berkeluh kesah kepada
rambu-rambu di kota. Lampu lalu lintas, trotoar, jembatan penyeberangan
mengasihani tatkala melihat wajah lesu kami. Hiruk-pikuk saat senja hari makin
membuat kepala meledak rasanya. Sebabnya sudah jelas: gaji yang tak kunjung
turun. Bayangan akan senja yang berbeda di tempat wisata nanti musti kami buang
jauh-jauh. Bagaimana damainya senja di gunung? Dengan suara burung-burung yang
pulang ke sarang, serta bunyi orkestra jangkrik di sekitar paviliun? Percuma
memendam apa yang tak bisa dilaksanakan.
Langit
cerah, kami lelah
Kandas
harapan berlibur
Senja
indah di tepi laut
Kami
pun ingin bersuka
Kemanakah kami bisa mengadu? Bosan sudah mendengar
ocehan dari teman sekantor. Tolong hentikan semua ini! Bahkan langit cerah pun
memberi isyarat, bahwa inilah waktu yang tepat untuk berlibur untuk melepas
penat di kepala. Laut rasanya memanggil-manggil ingin dikunjungi. Hangatnya
senja di pesisir, dipadu dengan kegiatan menganggang ikan bersama orang
tercinta. Sungguh senja yang sempurna, kurasa. Hasrat berlibur yang telah
memuncak sampai ke ubun-ubun, ingin meledak rasanya. Apalah daya kami, hanya
bisa membayangkan tempat-tempat itu di kepala.
***
Update: Mari dengarkan video klipnya sembari menghitung pundi-pundi keuangan hingga akhir bulan :)
0 comments