Catatan Mahasiswa Tingkat Akhir #1

by - 12/19/2014

Hai! Sudah lama rasanya tidak menulis. 

Oh iya, apa kabar? Baik? Sehat? Segar? Bugar? Baguslah! Saya doakan semoga kalian yang sedang membaca dianugerahi badan dan jiwa yang sehat dan bugar! Ngomong-ngomong, kemana saja tuan rumah maya ini?

Ya, saya sedang sibuk. Sebenarnya bukan sibuk juga sih, tapi karena telalu malas menulis. Hehe, biasa, mahasiswa tingkat akhir kok! Banyak yang harus dipikirkan (juga dikerjakan).

Semester ini, saya adalah satu diantara sekian mahasiswa angkatan 2011 yang sudah bisa mengambil skripsi, yang dimulai dari langkah pertama: seminar proposal (sempro). 


Semoga.... via Yukepo.com


Berkutat ke ruangan dosen untuk menentukan topik penelitian, judul, proposal, seminar, ACC, revisi dan segudang kalimat yang membuat kuping ini sensitif. Kalau kalian masih jomlo di semester tujuh (baca: STMJ. Semester Tujuh Masih Jomlo), maka organ tubuh lain yang akan mengalami peningkatan sensitivitas adalah hati. Iya hati. Bagaimana tidak? Yang lain sudah berpasangan untuk saling memberi semangat, sedangkan kalian tidak! Poor us you!

Ternyata, teman seangkatan ada yang sudah sempro, lantaran di semester ini mereka mengambil 10 SKS (4 SKS magang kerja, dan 6 SKS untuk SKRIPSI). Sedangkan saya di semester ini cuma mengambil kredit untuk MAGANG KERJA (4 SKS). Sehingga, saya tidak bisa semena-mena untuk sempro. Selain itu, saya belum mendapat restu dari dosen pembimbing.

Sebelumnya, saya emang antihitung-menghitung dan angka-angka. Saya rasa, ketertarikan saya bukan di situ. Padahal dalam penelitian di Fakultas Pertanian pasti akan berkutat banyak dengan angka dan rumus-rumus. Saya? Mana tahan!

Akhirnya, saya mengajukan topik penelitian yang metode penelitiannya menggunakan survei dan observasi. Di Jurusan Budidaya Pertanian di kampus saya penelitiannya tidak melulu menanam. Ada yang survei, observasi, dan eksplorasi. Saya mengajukantopik yang temanya etnobotani

Kakak tingkat ada yang ambil topik etnobotani, dia angkatan 2009. Angkatan 2010 tidak ada yang mengambil topik itu. Jadi, saya berinisiatif untuk mengambil topik itu. Dan kalian tahu apa jawaban dosen pembimbing saya?

TIDAK!

No (still) means no~ *nyanyi* via Openviewpartners.com

Beliau menyarankan untuk mengambil topik penelitian tentang eksplorasi kekerabatan genetik tanaman. Tapi saya kurang begitu mengerti tentang pembahasan nantinya, serta analisis yang akan dipakai.

Untuk membahas hubungan kekerabatan itu, saya harus menganalisis dengan dendogram benda macam apa itu! Tapi, saya juga tidak mengambil mata kuliah etnobotani, tapi setidaknya saya tahu apa yang diteliti di topik etnobotani, serta bagaimana membahasnya.

Saya pernah membaca artikel mengenai tips sukses skripsi, agar enjoy nantinyakita harus ada ketertarikan di topik itu. Nah, di ini saya tidak tertarik tentang topik eksplorasi. Sedangkan di topik etnobotani saya sangat tertarik! Ya karena ada unsur humaniora (budaya) yang dimasukkan dalam penelitian etnobotani itu. Saya sadar kalau suka yang berbau budaya apalagi mengenai etnis begitu. It’s so meeee! Sedangkan di topik eksplorasi? Jelas tidak!

Selain itu, topik yang kita ajukan bisa dari permasalahan dan fenomena di masyarakat sekitar. Kalo di etnobotani sih aku ada. Fenomenanya adalah adanya ahli jamu di desaku yang pasiennya seantero negeri halah! Nah ahli jamu ini Cuma satu di desaku itu, dan memperoleh pengetahuannya itu turun-temurun. Ini langka banget kan? Jadinya aku pengen angkat jadi topik penelitian deh. Kalo eksplorasi aku ga bisa jami fenomena apa yang bisa diangkat, atau permasalahan apa yang diangkat. Karena emang aku ga pernah bersentuhan sebelumnya dengan jurnal atau skripsi eksplorasi.

Kalo etnobotani aku udah sekedar baca-baca sih sekitar sebulan yang lalu, koleksi jurnal dan skripsi beberapa udah ada, bisa dijadiin acuan. Eksplorasi nihil! Jadi aku kudu piye sam????

Aku rada ngotot emang sih keliatannya. But hey! Tiap kejadian selalu ada alasan. Dan aku punya alasan kenapa aku lebih memilih topik etnobotani daripada eksplorasi. Gini ya, etnobotani kan ilmu yang mempelajari kaitan masyarakat dengan peanfaatan dan pengelolaan tanaman yang dipakai. Jadi secara ga langsung, etnobotani juga dipakai sebagai alat untuk mengungkap dan mendokumentasikan local wisdom. Semisal masyarakat udah ga pake lagi itu tumbuhan-tumbuhan, otomatis tumbuhan tersebut perlahan-lahan akan menghilang karena tidak dibudidayakan. Secara ga langsung juga memengaruhi teknik budidaya petani kan? Inget ga kalo sebagian masyarakat Indonesia hidup di desa, dan bermatapencaharian sebagai petani. Kalo petani aja udah ga make tumbuhan itu karena udah ga dibudidayakan gimana masyarakat yang tinggal di kota? Hayo....

Masih keliatan ngotot? Nilai aja sendiri~

Yaampun ga sadar, ternyata aku udah nulis 3 lembar halaman ini 3 lembar MS. Word. Betapa dahsyatnya kalo uneg-uneg udah lama ga dikeluarin. Kesimpulannya aku masih keukeuh dengan topik itu, gimanapun. Kalo ngga aku bakalan usaha cati dosen pembimbing lain! Apapun penelitiannya bukannya pas kompre nanti pertanyaannya sama ya? Ditanyai dapet apa kamu kuliah di pertanian dll, ga ditanya tentang topik penelitian!

            

Doain aja lah biar itu dosen mau, asisten dosen pendamping aja sudah mau kok! Zz! Semangat! Biasa lah, jagoan emang banyak rintangannya~~ Ciaobella :D

You May Also Like

0 comments