Interpretasi Lagu Serenata Jiwa Lara oleh Diskoria, Dian Sastrowardoyo
Halo! Kembali lagi dengan rubrik Kotak
Musik. Dimana di rubrik ini membahas tentang review atau interpretasi
dari sebuah lagu.
Pertama kali mendengar lagu Serenata Jiwa
Lara ini langsung suka! Mungkin karena sebulan terakhir juga sedang
senang-senangnya mendengarkan genre Pop Kota.
Atau semesta sudah berkonspirasi? Karena di
akhir tahun (iya, 31 Desember) saya mendengar Bersandar-nya White Shoes and The
Couples Company digubah menjadi terdengar seperti lagu di lantai dansa!
Dan saya baru tahu itu genrenya Pop Kota. Akhirnya
saya mencari-cari informasi tentang genre yang popular di era 80-an itu.
Di lagu ini, saya membayangkan seorang dara
yang sedang berpetualang dalam lautan percintaan.
Mengendap-endap tatkala tengah malam menuju
ke diskotek untuk bertemu pujaan hati. Berdansa, menjadi idola di lantai dansa
sambil memacaki wajah dengan riasan yang sedikit menor. Tujuannya satu:
menggaet hati pemuda.
Namun di ujung hari, dia sakit hati karena
pemuda yang berhasil ia pikat hanya bermain-main. Mungkin konteksnya saat ini
di-ghosting. Ditinggal saat sedang sayang-sayangnya. Kasihan!
Setidaknya itu imajinasi saya ketika
mendengar, membaca lirik, dan menonton videonya. Apalagi di video resminya,
Dian Sastro diajak untuk berkolaborasi. Imajinasi saya makin menjadi-jadi.
Tanpa casciscus lagi, silakan menyimak!
* * * *
Poster yang menggugah jiwa untuk segera ikut terjun ke lantai dansa via Instagram/Diskoria Selekta |
Jeritan perih hati yang luka
Cinta sederhana kau buat merana
Bilang-bilang sayang lalu hilang tanpa bayang
Sesuka diri
Tak ‘ku sangka, hatiku bisa seluka ini.
Mungkin kalau ia punya mulut, ia akan menjerit menahan perih. Perih karena
percintaan yang selalu kandas di tengah jalan. Merana sudah hatiku kini.
Sesederhana mencintai tapi tak berujung. Jeritan ini untukmu, wahai yang
memulai semuanya, yang berkata manis bak madu namun menghilang di tengah jalan.
Menghilang, berteleportasi diri ke dimensi lain, sesuka hatimu. Tanpa
memikirkan diriku di sini.
Merona mata namun percuma
Kau anggap bercinta hanya tawa canda
Ajak 'ku bermanja dan pergi begitu saja
Ditelan bumi
Kau buat mataku merona tiap kita bertemu,
tiap ‘ku terima kabar darimu. Ini hal yang diriku selalu tunggu. Tapi semua
kandas saat kau menghilang. ‘Ku pikir, cinta dan hubungan ini akan menjadi
segalanya bagiku, bagimu jua. Tapi aku salah. Kau hanya menganggap cinta ini
lelucon belaka. Memang ini membuatku nyaman dengan segala candamu, tawamu yang
menggelegar. Aku tenggelam dalam kata-katamu yang membuatku menjadi
membutuhkanmu. Mengajakku bercanda dan bermanja ria. Tapi di ujung hari, kau
bak ditelan bumi. Menghilang tanpa jejak. Tahukah kamu, aku merasa kehilangan!
Nyanyian hati, serenata jiwa yang lara sunyi
Aku pulang
Kau buat hati ini bernyanyi dengan nada
yang lara. Nada yang keluar begitu sumbang, sampai-sampai ingin aku pulang ke
peraduanku yang sunyi. Biarkan aku pulang ke peraduanku. Sendiri lagi, seperti
sebelum mengenalmu.
Terbenam sudah mentari hati
Aku pulang
Tenggelam sudah rona matahari dalam hatiku.
Tiba-tiba semuanya redup. Tak kulihat lagi pancaran kilau hati yang tampak memesona.
Sirna sudah. Biarkan aku pulang, kembali ke peraduan sunyiku.
Gugur lagi asmara mewangi
Sorai gelora hati menepi
Tak ada bintang-bintang menari
Sendiri lagi, oh-oh-oh
Hati yang dulu penuh bunga warna-warni kini
layu. Tak ada sisa wewangian yang dahulu semerbak di hati. Semuanya kerontang.
Hati yang terbiasa bergelora ketika mendapat kabar darimu pun kini diam
tergeletak tak berdaya. Lemas dan lemah. Kilau bintang-bintang di hati juga
hilang sudah cahayanya. Tak ada lagi gerakan tari-menari bintang di hati.
Hatiku kembali sendiri tanpa denyut yang bergelora. Huhuhuhu…..
Nyanyian hati, serenata jiwa yang lara sunyi menyepi
Kemana rasa yang kucari, bila kau tinggal 'ku sendiri
Jadi, dengan hatiku yang lara ini mau
dibawa kemana? Aku pun tak tahu tujuannya selain pulang ke peraduan sunyi itu.
Ke mana lagi akan kucari? Tak ada penuntun lagi. Tiada tempat lagi untuk
melanjutkan ini semua. Percuma.
Maaf sayang, 'ku tak ingin melukai
Namun cinta ini bukan untukmu lagi
Maafkan daku, sayang. Ini aku lakukan agar
kau tidak terlalu bersedih hati. Niatku tak ingin memberi sembilu pada hatimu.
Hati ini, cinta ini bukan untukmu. Bukan kamu tujuannya. Sekali lagi, mohon
maafkan diriku.
Oh, aku pulang, kasih
Agar kau temukan cintamu, belahan relung hati
Agar kau temukan cintamu, belahan relung hati
Ya, ‘ku putuskan untuk
pulang ke peraduanku untuk yang ke sekian kalinya lagi. Mungkin ini sudah
jalannya. Mungkin dengan pulang ke peraduanku ini, aku bisa menemukan sisa-sisa
rasa yang pernah ada. Yang pernah bergelimang di palung hati terdalam. Kau jua
pulanglah, Kasih.
1 comments
Nice post. Terimakasih untuk terus berbagi.
BalasHapus