Catatan Mahasiswa Tingkat Akhir #4
Barbie-nya nakutin gitu :( via https://pbs.twimg.com/media/Bv-JMsbCUAExFhT.jpg:medium
Tahapan skripsi atau tugas akhir
ialah tahapan dimana seorang mahasiswa rentan. Rentan dalam artian rentan
kejiwaan, rentan fisik, atau pun rentan kocek. Dan semua baik mahasiswa
terdahulu, sekarang, selanjutnya pasti akan mendapat giliran. Karena hidup itu
menunggu giliran.
Hidup dalam tahapan skripsi, bisa
senang bisa sedih. Atau tidak keduanya! Skripsi itu ibarat jatuh cinta: rasanya
nano-nano. Bercampur seperti gado-gado. Ada senang, sedih, cemas, lega, dan
yang lainnya. Kita saat jatuh cinta kadang merasakan hal yang sulit
diungkapkan, terlalu banyak perasaan yang tercampur aduk di dalamnya, begitu pula
skripsi. Perjuangan kita dari awal, hingga ke titik sekarang merupakan kumpulan
rasa yang susah diungkapkan.
Saat berbicara jatuh cinta, bisa
saja kita banyak suka, lantas banyak duka. Pun saat skripsi ria: banyak suka,
banyak duka. Suka yang menghampiri kita: sebentar lagi toga di tangan, ijazah
di pelupuk mata. Duka yang tak kalah menghampiri kita: pergulatan batin antara
kita dan dosen, revisi berkali-kali. Semua itu adalah secuil asam garam dalam
tahapan skripsi.
Oh ya, namanya juga tahapan dalam
hidup, pasti ada ujiannya kan? Ga seru kalo ga dikasi ujian sama Yang Di Atas.
Ibarat kita nonton film kalo ga ada konfliknya ga seru, melempem, terus ratingnya
rendah deh! Haha. Skripsi juga gitu cuy! Tapi itu yang bikin asik.
Skripsi itu paling lancar kalo
semuanya kooperatif. Maksudnya gini, lo rajin ngerjainnya, tiap ada revisi
langsung sikat saat itu juga buat ngerjain kekurangannya. Dosen lo juga
mendorong lo buat cepet-cepet nyelesein skripsi. Lah, kalo udah gitu enak
banget! Toga di pelupuk mata pun keliatan bersinar dan melambai minta dijemput!
Unfortunately, ga semua orang
kek gitu. Ada yang mahasiswanya males, dosennya rajin. Ada yang dosennya males
ditemui, mahasiswanya rajin. Bahkan ada yang --baik dosen maupun mahasiswanya-- sama-sama males. Yaudah bhay!
Jadi, gimana kita menyikapinya? Gue
termasuk jamaah al-dosen-malas-ditemuiyah. Alias, gue udah kejar-kejar itu
dosen, eh beliau yang sering ninggal. Maunya apa? Mungkin seneng ya dapet
predikat dosen-dengan-mahasiswa-bimbingan-ga-sidang-sidang? Entahlah, think
positive. Apapun yang terjadi ini udah asam garam tahapan skripsi yang udah
gue bilang sebelumnya. Belum mujur aja keleus!
Lagian kalo dipikir-pikir, banyak
alasan kenapa beliau jarang banget bisa ditemui. Misalnya emang ada proyek atau
tugas macem UPSUS gitu. Duh kenapa harus dosen yang membimbing gitu ya? Apa ga
seneng dosen kalo mahasiswa bimbingannya lulus cepet? Okelah mereka tugas
negara gitu, tapi mbok ya profesional gitu. Kalo misal ga sanggup memikul beban
tugas negara itu, kenapa ga yang lain? Hai dosen, apa kamu terlalu takut pada
atasan? Kemudian apa bedanya kamu dengan budak? Entahlah, hanya hatinya yang
tau. Semoga nuraninya tersadarkan.
Yang jelas, setiap perbuatan selalu
ada alasan dibaliknya. Beliau berlaku seperti itu pasti ada alasan. Entah apa
alasannya. Namun, dengan demikian tentunya ada penilaian orang tentang
perbuatan orang tersebut, kecuali orang tersebut sudah kebal dengan penilaian
orang lain. Dengan kata lain, sudah cuek dan menerima dengan penilaian orang
lain J
Keep your positive mind(?)
0 comments